Bulan Ramadan Sale Lidah Pisang Tetap Produksi

Bulan Ramadan Sale Lidah Pisang Tetap Produksi

MAJALENGKA- Setelah beberapa bulan sempat terkendala  karena  pemberlakuaan PSBB  pencegahan penyebaran Covid-19, kini produksi dan pemasaran sale lidah pisang Mak Oyot di Desa Rawa Kecamatan Cingambul mulai menggeliat kembali.

Pemilik sale pisang lidah Mak Oyot, Febi Putri Pratiwi  mengatakan setiap hari memproduksi sale pisang  secara tradisional mencapai 100 bal.  “Alhamdulilah, setiap hari selalu habis dan dipasarkan  ke Cirebon,  Jakarta hingga mancanegara  yakni Malaysia, Jepang dan Belanda,” ujar istri Ujang Rifki ini kepada wartawan koran ini.

Saat ini memiliki  14 orang  pegawai yang bekerja mulai Subuh hingga sore hari. Memasuki bulan Ramadan, produksi  sale pisang tetap berjalan untuk memenuhi pesanan pelanggan dan konsumen.

Bahan baku sale lidah adalah pisang Ambon yang agak matang dibeli dari Kabupaten Banjar. Pisang diiris hingga tipis lalu dijemur selama seminggu dan diberi  adonan  tepung dan bumbu khusus sehingga rasanya renyah dan enak.

Memproduksi sale lidah ini sangat bergantung kepada sinar matahari, sehingga bila musim penghujan sangat terkendala cuaca. Untuk mengembangkan usaha,  tempat usahanya kini ditambah di Desa Sukaraos Kecamatan Cikijing. “Kami ingin terus mengembanngkan sale lidah ini dan kini sedang dirintis untuk pembuatan sale pisang bulat,” ujarnya.

Proses izin label halal dari MUI dan PIRT dari dinas terkait  masih dalam proses, sehingga untuk ekspor ke mancanegara masih meggunakan label atau bendera perusahaan di Cirebon.

Kepala Desa Rawa, Ir Surisno menyatakan di desanya merupakan setra pembuatan makanan ringan. Produksi sale pisang lidah cukup populer  hingga  mancanegara, tapi  sayangnya belum menggunakan lebel dari Rawa Kabupaten Majalengka karena masih berlebel  dari Cirebon.

Ia berharap agar ke depan bisa memakai  lebel asli Majalengka dan bukan Cirebon. “Kami ingin mengangkat nama Majalengka, sehingga  lebel sale pisang lidah dan produk lainnya  bisa menggunakan leel sendiri dan tidak numpang ke Cirebon,” ujar Kades Surisno.

Disebutkan, ada lima warga membuat sale pisang lidah yang cukup populer dan di Desa Rawa. Dan,  ada 15 jenis makanan ringan yang diproduksi warga Desa Rawa. “Pemdes terus mensupport  warga untuk mengembangkan  usahanya. Alhamdulilah telah mengangkat Desa Rawa dari sebelumnya desa termiskin atau IDT  kini menjadi desa  berkembang,” ujarnya.

Camat Cingambul,  Arie  Herymana SIP MSi mengapresiasi keberadaan perajin makanan ringan di Desa Rawa. Ia mengakui keluhan para perajin di Rawa yang kesulitan untuk mendapatkan label halal dari MUI sebagai syarat untuk bisa tembus ke toko moderen. Padahal omzet pengusaha sale pisang  sebelum pandemi Covid bisa mencapai  Rp300 juta perbulan. ”Kami berharap dinas terkait  bisa membantu dan memfasilitasi  pengembahan usaha UKM di Kecamatan Cingambul,” harapnya. (ara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: