Harus Pertimbangkan Keselamatan Anak Didik
MAJALENGKA – Di tengah sistem pembelajaran dalam jaringan , sejumlah sekolah di Majalengka menerapkan KBM seperti les privat atau pembelajaran berkelompok . Seperti di SD Negeri II Rajagaluh kecamatan Rajagaluh. Menyikapi hal tersebut, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Majalengka, Aris Prayuda SPd berpendapat penerapan tahun ajaran dan kurikulum baru sebaiknya dilakukan atau diterapkan di rumah saja. Sekolah sebaiknya dibuka ketika situasi dapat dikatakan aman dari ancaman Covid-19. \"Menurut saya tetap siap dengan kurikulum baru di rumah saja,\" ujarnya, Jumat (17/7). Menurut dia, langkah tersebut bisa berjalan satu bahkan dua semester mengingat pandemi Covid-19 masih melanda di sejumlah negara termasuk Indonesia. Namun, ia memahami anak tentunya bisa merasakan kejenuhan selama belajar dari rumah akibat pandemi global tersebut. Oleh karenanya, Aris mengingatkan guru, sekolah, orang tua, serta pemangku dunia pendidikan harus berpikir cara paling efektif apabila penerapan kurikulum dan tahun ajaran baru masih dari rumah. \"Jadi kita semua harus memikirkan bagaimana cara mengakali semua itu seperti contoh pembelajaran online dan bagi yang tidak punya akses internet guru bisa mendatangi rumah siswa seperti hal nya les privat tapi tetap dalam protokol kesehatan,\" jelasnya. Aris menambahkan meskipun pemerintah memiliki wacana sekolah kembali dibuka pada akhir Desember 2020, namun hal itu tetap harus mempertimbangkan berbagai aspek terutama keselamatan anak. Sembari menunggu keputusan resmi oleh pemerintah, ia menyarankan setiap orang tua agar lebih ketat dalam mengawasi anak-anaknya agar tidak berpergian ke pusat perbelanjaan atau tempat keramaian. \"Kemudian yang paling penting itu ialah tetap menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak fisik jangan berkerumun,\" tandasnya. Sementara Guru SDN II Rajagaluh, Siti Kamilah SPd menyebutkan kebijakan pembelajaran yang SD Negeri Rajagaluh II dilakukan di rumah masing-masing siswa. Oleh karena itu dari total siswa 121 anak, dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang menurut zona tempat tinggal siswa. “Guru mengajar dan mengawasi langsung ke tempat kelompok belajar secara bergilir. Khusus untuk kelas 1 harus terus didampingi dari mulai belajar sampai selesai, dikarenakan masih perlu bimbingan dan perhatian penuh,” tuturnya kepada Radar kemarin. Adapun kendala pembelajaran kelompok di rumah adalah kurangnya fasilitas pembelajaran, dan lingkungan yang tidak mendukung. “Dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak, kami berupaya untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal,” ujarnya. (ono/ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: