Produksi Kecap MM Masih Gunakan Cara Tradisional

Produksi Kecap MM Masih Gunakan Cara Tradisional

MAJALENGKA- Kecap Maja Menjangan khas Majalengka masih diproduksi secara tradisional. Pabrik kecap yang dirintis oleh H Saad Wangsadijaya pada tahun 1940 masih terus eksis dan memasok produk ke sejumlah toko di berbagai daerah. Direktur Produksi dan Pemasaran CV Maja Menjangan (MM) Hanupis Ir H Nana Suherna Saad MP menjelaskan kecap Maja Menjangan (MM) yang diproduksi secara tradisional menggunakan bahan baku kacang kedelai hitam dengan campuran garam dan gula merah (aren) secukupnya sesuai dengan varian rasa yang dibutuhkan. Diterangkan, proses pembuatan kecap diawali dengan pencucian kedelai lalu digodok hingga matang dan empuk. Banyaknya kedelai disesuaikan kapasitas kuali dan tungku yang dimiliki serta kebutuhan kecap yang diperlukan. Setelah kedelai empuk lalu dibuat oncom fermentasi. “Inilah yang membedakan produksi kecap tradisional dengan kecap pabrikan. Bedanya pada proses fermentasi. Bila cara tradisional atau home industry jamur-jamur aspergillus tumbuh secara alami, tetapi kalau sistem pabrikan jamur tumbuh dengan cara dipaksa tumbuh,” beber pensiunan ASN KLHK Pusat ini kepada Radar, kemarin. Selanjutnya, hasil permentasi dari oncom digodok dengan menggunakan air garam dan direndam dengan campuran air gula secukupnya di kuali di atas tungku yang sudah tersedia dengan proses pembakaran menggunakan kayu bakar dan diaduk hingga rata. Setelah proses pembuatan kecap selesai, didinginkan selama dua hari untuk kemudian proses finishing dengan dimasukan ke botol kecap dari beling ataupun botol plastik. “Untuk mempertahankan ciri khas kecap MM, penggunaan botol dari beling masih terus diproduksi. Karena pesanan konsumen dengan botol beling masih tinggi terutama untuk rasa kecap varian original yakni asin atau manis sedang,” jelasnya. Sebelum digunakan, boto-botol beling dicuci hingga bersih dengan melalui proses penjemuran hingga kering dan higienis. Diakui H Nana, produksi kecap saat ini tengah menurun karena harga bahan baku terutama gula aren naik drastis. Sementara harga kedelai relatif stabil. “Ahamdulilah pemasaran kecap MM selain ke wilayah Ciayumajakuning juga ke Jabodetabek. Kami sudah bisa mengisi supermarket 212 di Bogor,” ujarnya. Ia berharap Pemkab Majalengka dan Pemprov Jabar bisa membantu mempertahankan dan meningkatkan produksi kecap Majalengka. “Kami berharap Pemkab Majalengka melalui dinas terkait atau syukur-syukur pak bupati bisa membuat imbauan kepada masyarakat Majalengka untuk menggunakan prodak lokal daerah. Sifatnya bukan larangan tapi cukup himbauan, agar produksi dan pemasaran produk home industry Majalengka bisa bertahan dan meningkat,” harapnya. Sementara itu sebagai bentuk reward kepada pegawainya yang sudah lama bekerja, pihak MM memberangkatkan umrah ke tanah suci seorang pegawainya, Aminta (75) warga Lingkungan Babakan Koda, Kelurahan Cicurug, Majalengka. Penuturan Aminta, dirinya sudah bekerja di MM sejak tahun 1965 atau sudah bekerja selama 55 tahun. Bapak yang dikaruniai 7 anak ini mengaku senang bisa berangkat umrah. Aminta mengaku senang bisa bekerja di pabrik kecap.  (ara)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: