Tulisan itu menyatakan, Sarekat Islam yang mula-mula organisasi rakyat, telah jatuh ke tangan para rohaniawan seperti H Agus Salim, sehingga mengabaikan kepentingan sosial, ekonomi, dan dikalahkan oleh kepentingan religius murni, serta menjalankan Pan-Islamisme yang membahayakan gerakan nasionalis.
Radjiman adalah satu-satunya Mason berkebangsaan Jawa yang tulisannya dimuat dalam Gedenkboek der Vrijmetselarij in Nederlandsche Indie 1767-1917( Buku Kenang-Kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917) yang diterbitkan di Semarang, Jawa Tengah, pada 1917.
Dalam buku tebal yang menjadi bukti tak terbantahkan tentang keberadaan Freemasonry di negeri ini, Radjiman menulis sebuah artikel berjudul, ”Een Broderketen der Volken” (Persaudaraan Rakyat).
Tentu, jika bukan bagian dari orang-orang penting Freemasonry di Hindia Belanda, tulisan Radjiman tak mungkin dimasukkan dalam buku yang menjadi bukti sejarah keberadaan para Mason di Hindia Belanda tersebut.
Radjiman meninggal di Ngawi, Jawa Timur, pada 20 September 1952. Ia meninggal dalam usia 73 tahun. Rumah kediamannya di desa Dirgo, Widodaren, Ngawi, sampai hari ini masih berdiri dan dijadikan museum.
BACA JUGA:Stadion Warung Jambu Mulai Diperbaiki
Radjiman mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan. Keputusan Presiden RI Nomor 68/TK/2013 tertanggal 6 November 2013.
Dengan beragam jabatan penting yang pernah didudukinya, Radjiman tentu meninggalkan jejak sejarah dan pemikiran yang tidak sedikit. Tulisan ini, hanya sekilas memotret perjalanan hidupnya.