Kemudian, untuk memperdalam Theosofi, Radjiman belajar dan berinteraksi langsung dengan tokoh Theosofi, seperti Dirk van Hinloopen Labberton.
Selain di Indonesia, Radjiman juga menjalin hubungan dengan para Theosof dunia, seperti Annie Besant, Charles Webster Leadbeater, dan Jiddu Krisnamurti.
Pertemuannya dengan Annie Besant terjadi saat dirinya menghadiri ceramah Krisnamurti di Belanda.
BACA JUGA:Polisi Tangkap Dua Pengedar OKT di Plered
Selain dekat dengan kalangan Theosofi, setahun sebelum dirinya diangkat sebagai Ketua Boedi Oetomo (1914), pada 1913 Radjiman secara resmi masuk menjadi anggota Freemasonry (Vrijmetselarij) atau Golongan Kemasonan sebagaimana istilah yang disebut oleh para priyai Jawa pada masa itu.
Perkenalannya dengan berbagai tokoh Theosofi dunia, tentu tak menyulitkannya untuk masuk sebagai anggota Freemasonry.
Untuk menjadi seorang Mason, harus mendapat rekomendasi sedikitnya oleh dua orang yang terlebih dulu menjadi Mason.
Melihat kedekatan Radjiman dengan beberapa tokoh Theosofi yang juga Mason, besar kemungkinan Radjiman mendapat rekomendasi dari mereka.
BACA JUGA:Petugas DLH ‘Marema’ Sampah Kawasan GGM
Selain Radjiman, saat itu juga banyak dari para elit Jawa dan anggota Boedi Oetomo yang masuk dalam organisasi ini.
Setelah menjadi anggota Freemasonry, Radjiman juga pernah diamanahi sebagai Ketua Neutrale Onderwijs Vereeniging (Perhimpunan Pendidikan Sekular), sebuah organisasi milik Freemasonry.
Radjiman pernah menjabat sebagai dokter pribadi di Keraton Surakarta. Karena pengetahuannya yang luas, Radjiman menjadi orang kepercayaan para elit keraton.
Ia misalnya pernah menemani Pangeran Ario Koesumo Yoedo bertemu dengan Sri Ratu Wilhelmina pada 1923 di Belanda.
BACA JUGA:Ponpes Al Madani Cikalong Gelar Arena Gembira
Pangeran Ario adalah orang Indonesia pertama yang menuntut ilmu di Universitas Leiden, Belanda.
Selain ke Belanda, keduanya juga berkeliling ke negara-negara Eropa dan Mesir. Keduanya melakukan perjalanan keliling ke beberapa negara selama enam bulan.