Dibangun dengan dana jumbo
Bandara Kertajati dibangun dengan dana jumbo senilai Rp 2,6 triliun. Angkasa Pura II akan mengelola bandara ini selama 17 tahun dari 2018 hingga 2035. Operasional Bandara Kertajati dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah PT Bandarudara International Jawa Barat. Adapun pemegang saham PT BIJB adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat (82,29%), Angkasa Pura 2 (15,41%), Koperasi Sejahtera Jawa Barat (1,62%) dan PT Jasa Sarana (0,8%).
Sempat Mati Suri
Bandara Kertajati diresmikan di Majalengka, Jawa Barat, pada 24 Mei 2018. Namun peresmian bandara ini tidak mendapatkan respons positif dari penumpang.
Hal itu terlihat dari jumlah penumpang yang minim alias sepi. Maskapai penerbangan yang sebelumnya beroperasi pun mulai menutup rute pernebangan dari Kertajati.
Akhirnya bandara ini pun berhenti melayani penerbangan reguler pada Juli 2019. Salah satu penyebab dari penumpang yang sepi tersebut adalah minimnya akses menuju bandara.
Pasalnya, tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu yang menjadi akses utama Bandara Kertajati belum rampung.
BACA JUGA:Jusuf Hamka Yakin Bandara Kertajati akan Berkembang dan Tidak Lagi Mati Suri, Ini Alasannya
Hingga akhirnya, Presiden Joko Widodo meresmikan tol Cisumdawu beroperasi penuh pada Selasa (11/7).
Keberadaan Tol Cisudawu dapat mempercepat waktu tempuh Bandung ke Bandara Kertajati menjadi hanya satu jam. Diharapkan hal itu dapat meningkatkan jumlah penumpang Bandara Kertajati.
Jokowi menargetkan Bandara Kertajati kembali beroperasi penuh pada Oktober 2023. Kertajati juga akan menjadi pengganti Bandara Husein Sastranegara di Bandung.
BACA JUGA:Alasan Tol Cisumdawu Sangat Penting untuk Bandara Kertajati, Maskapai Berpikir 2 Kali
Bagian dari Kawasan Rebana
Bandara Kertajati merupakan bagian dari rencana pembangunan pusat pertumbuhan baru Jawa Barat bertajuk Kawasan Rebana Metropolitan.
Kawasan ini bertujuan untuk pemerataan ekonomi dan pembangunan di Jawa Barat.