Koleksi Peta Tertua Milik Arsip VOC Simak Nama Desa yang Dilalui Belanda, Kenapa Gunung Ciremai Tidak Tercatat

Koleksi Peta Tertua Milik Arsip VOC Simak Nama Desa yang Dilalui Belanda, Kenapa Gunung Ciremai Tidak Tercatat

--

Penelusuran berikutnya, Belanda juga mendengar informasi adanya kota besar yang dikelilingi gunung sesudah Sumedang, yaitu Bandung. Belanda melafalkannya Bandon, dan mencatumkannya di peta tanpa data lain.



Hal ini menunjukkan indikasi bahwa 
Belanda belum banyak memasuki atau menjelajah ke wilayah pedalaman dengan  tidak tercantumnya nama Kuningan, dan juga Gunung Ciremai.

Seandainya Belanda  sudah menyusuri lebih jauh, tentunya gunung tertinggi di Jawa Barat ini tidak luput dari amatan Belanda dan pasti tidak akan terlewatkan untuk dicatat.

Atau, ada perkara lain?

Bisa jadi, peta ini adalah salah satu yang tertua tentang wilayah Jawa Barat. Jika mengambil rujukan adanya bendera Belanda di Cirebon, lalu menghubungkannya dengan peristiwa saat Amangkurat II menyerahkan Cirebon ke Belanda di tahun 1677, maka peta ini diprediksi berasal dari penghujung abad ke-17.

Lalu, andai kembali ke alur Sungai Cimanuk, serta nama-nama tempat di sepanjang sungai, serta mencoba mengidentifikasi nama-nama tersebut dengan apa yang dikenal saat ini, akan diperoleh informasi sebagai berikut: 

Nama-nama desa atau kampung dalam peta diatas menjadi tempat penting di jalur transportasi air sepanjang Sungai Cimanuk

Menariknya, bahwa tidak tercatat nama Majalengka, yang tampaknya saat itu belum dibangun. Bahkan Sindangkasih pun tidak tercantum. Kadipaten sudah  jelas belum berdiri pada saat itu. Nama Jatiwangi belum dikenal atau boleh jadi memang belum ada.

 

Yang ada adalah nama Talaga yang tampaknya Belanda pernah mendengar bahwa ada sebuah kerajaan bernama ini, dan pada saat itu hanya terdengar sisa peninggalannya.

Kemudian ada nama-nama yang tampaknya pada saat itu merupakan wilayah-wilayah penting di jalur transportasi perahu dari pegunungan di Majalengka saat ini hingga ke muara Sungai Cimanuk di Indramayu.

Nama-nama itu antara lain KarangsambungBantarjatiJatitujuh, dan Panongan. Desa-desa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dan memiliki sejarah yang lebih tua daripada kota-kota yang belakangan muncul.

Karangsambung misalnya, hingga ke awal abad ke-20 masih merupakan wilayah pusat lalu-lintas dari Sumedang ke Cirebon yang akan menyeberang ke Sungai Cimanuk di Babakan Anyar, yang merupakan wilayah Karangsambung. Ketika Daendels membuat jalan lintas Jawa, jalur dari Sumedang ke Cirebon itu melalui Karangsambung.

Dokumen-dokumen Belanda mencatat hal ini. Sayangnya, orang tidak menyangka bahwa desa ini dulunya merupakan tempat transit penting, dan mengira bahwa yang dimaksud dokumen Belanda adalah “Karangsembung” di Cirebon.

Ini tentu saja keliru karena Karangsembung berada di timur Cirebon, dan tidak mungkin menjadi penghubung antara Sumedang dan Cirebon.

Ketika jalan aspal dan jembatan besi di abad ke-20 membuat rute baru dan menggantikan jalur pelayaran di sungai, perlahan peranan tempat-tempat di pinggir sungai ini digantikan oleh nama lain yang baru bermunculan. (*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: