Alquran Kuno Berusia Ratusan Tahun, Terbuat dari Kulit Pohon

Alquran Kuno Berusia Ratusan Tahun, Terbuat dari Kulit Pohon

Sebuah Alquran  kuno  yang dibuat  pada tahun 1658 Masehi tersimpan di rumah seorang warga di Blok Pesantren  Desa  Pageraji  Kecamatan Maja  Kabupaten  Majalengka.

ALMUARAS/MAJA

PENUTURAN Ridwanudin (59), dirinya masih menyimpan Alquran setebal 12 cm dengan lebar  40 x 25 cm  yang dibuat oleh leluhurnya Mbah TB Latipuddin.

Diceritakan Ridwan,  Alquran  yang terbuat dari kulit pohon  masih tersimpan di rumahnya dan pernah dibawa ke museum di Bandung. Karena khawatir hilang, akhirnya  Alquran tersebut dibawa pulang kembali untuk dibaca dan disimpan sebagai  kenang-kenangan, serta pusaka untuk anak cucu keturunannya kelak.

Ridwan menceritakan, dirinya  merupakan generasi ke tujuh dari Mbah TB Latipuddin yang bertekad untuk merawatnya dengan baik. Alquran yang mulai  lusuh tersebut kerap dibaca dan dipinjam oleh saudaranya hingga khatam.

Pada  Syawal atau selepas Lebaran, Alquran itu dikeluarkan pada acara haulan di komplek makam Mbah TB Latipuddin tidak jauh dari kediiamannya.

Berdasarkan cerita orang tuanya dulu, mushaf Alquran itu pernah dibawa Mbah TB Latipuddin menuju pondok pesantren di Madura. Tapi di tengah laut terkena badai ombak hingga kapal terguling, dan Alquran yang dibawa Mbah TB Latipuddin hilang tercebur ke laut.

Karena putus asa dan kecewa Alquran yang dibuatnya raib, Mbah TB Latipuddin memutuskan pulang. Tapi alangkah terkejutnya ketika sampai di rumah, Alquran tersebut sudah ada di atas pintu rumahnya.

Ridwan bertekad untuk menjaga dan merawat peninggalan leluhurnya  hingga akhir hayat. Ia ingin mendirikan pondok pesantren di sekitar Makam Mbah Latipudin. Yayasan TB Latipuddin pun sudah terbentuk dan mendapatkan wakaf.

Ridwan yakin dulu leluhurnya Mbah Latipudin   memiliki pesantren. Sehingga yayasan yang  dibuatnya bernama Yayasan Mbah TB Latipudin, untuk mengabadikan nama pembuat Alquran.

“Kami  ingin  membangun dan mendirikan pondok pesantren  di  kawasan ini. Tapi  kami tidak berdaya karena keterbatasan kemampuan. Berharap ada bantuan dari pemerintah ataupun pihak swasta untuk mendirikan pesantren di Kawasan Makam Mbah TB Latipuddin,” harapnya.

Ridwan menginginkan pihaknya bisa membuat tempat yang aman dan nyaman untuk menyimpan Alquran yang pernah diperbaiki masiswa ITB ini agar bisa dilihat banyak orang. Bahkan, banyak benda pusaka peninggalan yang tercecer,  dan bila sudah memiliki tempat khusus atau museum bisa dicari dan disimpan untuk dirawat serta dilestarikan.

Sementara itu, Kepala Desa Pageraji, Dede Budiman  mengatakan, Dispora pernah mendatangi dan melihat Alquran yang dibuat  secara tradisional tulisan tangan itu. Bahkan anggota legislatif yang tengah reses juga pernah melihatnya langsung, tapi hingga kini belum ada  wujud perhatian dari pemerintah untuk ikut  melestarikan warisan yang barharga itu.

“Paling tiidak ada  bantuan dari pemerintah daerah untuk renovasi kawasan makan Mbah Latipuddin karena kerap diziarahi banyak orang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: