Komunitas Literasi dan Tradisi Islami Gelar Tradisi Botram

Komunitas Literasi dan Tradisi Islami Gelar Tradisi Botram

MAJALENGKA - Menjelang bulan Ramadan, Komunitas Literasi dan Tradisi Islami menggelar tradisi Munggahan. Di dalam budaya masyarakat Sunda tradisi munggahan biasa dilakukan. Munggahan berasal dari kata “unggah” artinya naik, munggahan dimaknai sebagai tradisi makan bersama (botram) sebagai bentuk rasa syukur akan memasuki bulan suci Ramadan.

Ketua Komunitas Literasi dan Tradisi Islami, Maman El Hakiem mengatakan, botram itu faktanya adalah makan bersama antar keluarga, saudara atau kerabat dengan beralaskan daun di luar rumah, baik kebun, pantai atau saung sawah.

Seiring zaman, botram beradaptasi dengan perkembangan kebiasaan atau gaya hidup, namun tetap mempertahankan tradisinya.

\"Jadi botram bisa dilakukan di rumah makan lesehan. Ini perlu dibudayakan di tengah kehidupan modern saat ini. Botram itu makan bersama, dalam sebuah hadis ada keberkahan rezeki bagi yang terbiasa makan bersama,” kata ustad Maman yang ditemui dalam acara Botram Majelis Tsaqofi di Lesehan Saung Balong Al Barokah, Cisambeng, Palasah,  Sabtu (27/3).

Kegiatan botram selain menjaga keakraban, suasana alam terbuka juga mampu memberi inspirasi untuk hadirnya ketenangan hati karena adanya rasa persaudaraan. Terlebih memasuki bulan Ramadan yang dikatakan sebagai bulan penuh ujian keimanan, maka memasukinya harus disiapkan mental dan ilmu untuk bisa melawan hawa nafsu.

Kegiatan botram adalah sarana menjaga tali persaudaraan dan persatuan umat sehingga terbina dengan baik. Ragam menu makanan yang tersaji saat botram.

“Nasi liwet sebagai simbol liket atau kentalnya persaudaraan, sambal dadak, lalapan dan panganan lainya menggambarkan perbedaan yang harus disikapi dengan bijak bagi mereka yang memandang kehidupan ini sebagai ladang kebaikan,” kata Maman.

Acara yang mengingatkan kembali akan tradisi baik menjelang Ramadan ditanggapi positif oleh salah seorang pengusaha jasa titipan paket, Deni Hilman.

“Ini acara yang membuka wawasan umat akan nilai-nilai baik yang harus dilestarikan,” imbuh Deni.

Acara botram di tengah pandemi masih bisa terlaksana dengan tetap mematuhi standar protokol kesehatan. Keakraban umat Islam di saat menjelang bulan suci Ramadan harus terekspresikan dengan baik, meskipun dengan segala keterbatasan.

“Yang harus dihindari itu adalah kerumunan yang membawa mafsadat, maka dalam perkara kemaslahatan umat pemerintah harus mampu memfasilitasinya,” tambah Wisnu Aji, salah seorang peserta yang ikut acara tersebut. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: