Industri Kecap Kelimpungan
MAJALENGKA- Setelah terimbas pandemi covid-19, perusahaan kecap di Majalengka semakin kelimpungan. Harga kedelai meroket. Direktur Produksi dan Pemasaran CV Maja Menjangan (MM) Hanupis, Ir H Nana Suherna Saad MP menambakan pandemi saat mempengaruhi produksi kecap MM.
Apalagi saat ini harga kedelai hitam yang menjadi bahan baku kecap melonjak tajam. Disebutkan H Nana, harga kedelai hitam yang sebelumnya Rp8.500 per kilogram kini mencapai Rp12 ribu. Bahkan ada yang menawarkan hingga Rp17.500 per kilogram.
Diakuinya. selama ini, sesuai dengan tradisi orang tuanya untuk produksi kecap menggunakan kedelai hitam. “Kata orang tua dulu acinya lebih kental kedelai hitam sehingga bagus untuk kecap. Hingga kini produksi kecap belum pernah menggunakan kedelai putih,” bebernya.
Diakuinya, selain kenaikan harga kedelai, usaha kecap tradisional terpengaruh dengan kenaikan harga gula merah atau gula aren. Disebutkannya, harga gula aren dari Garut atau Ciamis di jual sekitar Rp17 ribu per kilogram. Sedangkan gula aren dari Ciandeu Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka harganya sangat tinggi mencapai Rp40 ribu per kilogram.
“Kalau tahu atau tempe dengan kenaikan kedelai ukurannya bisa dikecilkan, tapi kalau kecap ukuran kemasan sudah ditentukan isinya, sehingga adanya kenaikan harga bahan baku sangat berpengaruh kepada produksi kecap,” ujarnya.
Menurutnya, dalam sebulan produksi kecap hanya dilakukan dua kali dengan tenaga kerja 6- 12 orang saja. Dia bersyukur dalam waktu sebulan ini ada dua pesanan cukup besar dari pengurus Masjid di Kota Bogor dan pesanan para pengusaha muda yang peduli kepada KUKM.
Diakuinya sekitar 5 tahun lalu, pengusaha kecap di Majalengka bisa mencapai 30 pengusaha. Tapi saat ini tinggal beberapa saja. Saat ini Kecap MM memproduksi rasa manis dan manis sedang dengan kemasan botol plastik dan botol beling.
Ia berharap dirinya bisa terus mempertahankan dan mengembangkan pabrik kecap yang dirintis oleh orang tuanya, H Saad Wangsadijaya pada tahun 1940 tersebut. “Dari usaha kecap ini 7 anak H Saad bisa lulus kuliah. Kami bertekad untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan leluhur ini,” tandasnya.
Dia berharap ada upaya sinergis di OPD Pemkab Majalengka antara Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk bisa membantu dan mempertahankan serta mengembangan produksi kecap tradisional Majalengka. “Bila usaha kecap bertahan dan terus berkembang maka bisa membuka banyak lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat banyak,” pungkasnya. (ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: