Petugas RSUD Majalengka Beri Pelayanan Sesuai SOP

Petugas RSUD Majalengka Beri Pelayanan Sesuai SOP

MAJALENGKA- Seorang warga yang mengaku bernama Heri asal Kecamatan Malausma memposting kekesalannya terhadap pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Majalengka, sehingga putrinya Rania Dewi Humaira meninggal dunia. Postingan akun facebook Turub Termos yang dikirim 18 Januari 2020 ke Majalengka Riweuh Club hingga kemarin (20/1) mendapatkan sedikitnya 276 komentar dan 49 kali dibagikan. Menyikapi informasi yang menghangat di media sosial itu, pihak manajemen RSUD Majalengka melakukan klarifikasi untuk meluruskan kronologi kejadian tersebut. Direktur RSUD Majalengka dr H Harizal F Harahap MM menyampaikan atas nama Keluarga Besar RSUD Majalengka turut berduka cita atas meninggalnya Ananda Rania Dewi Humaira. Dikatakan, berdasarkan keterangan nenek pasien, sekitar dua jam sebelum masuk rumah sakit, badan sebelah kiri anak tertimpa bangunan ketika sedang bermain dengan neneknya. Tidak ada kejang-kejang dan kedua pasien masuk IGD RSUD Majalengka pada pukul 11.00 WIB. Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS XI disertai perdarahan dari telinga kanan dan memar di dahi kiri serta belakang kepala kiri dengan membawa rujukan pasien dari Puskesmas Malausma. Keterangan pasien dibuat oleh perawat perujuk Puskesmas di IGD RSUD Majalengka dengan hanya mencantumkan nama dan alamat pasien. Sebagai tindak lanjut, petugas memberikan terapi infus dan obat-obatan serta dilakukan pemeriksaan CT-scan. Dari situ ditemukan adanya perdarahan subarachnoid. Keluarga dalam hal ini nenek dan kedua orang tua diberitahukan hasil CT-Scan dan penatalaksanaan lanjutan membutuhkan spesialis bedah syaraf. Untuk itu, pasien perlu dirujuk karena di RSUD Majalengka tidak memiliki spesialis bedah syaraf dan PICU. Selanjutnya, beber Rizal sesuai SOP RS perujuk harus konfirmasi ke rumah sakit yang akan dituju untuk memastikan rumah sakit tersebut siap menerima pasien rujukan dimaksud. Namun ketika menghubungi RSUD Cideres, diketahui jika bed di IGD Cideres penuh dan disarankan untuk mencari rumah sakit lain yang memiliki fasilitas PICU. “Apalagi RSUD Cideres juga tidak memiliki fasilitas PICU,” jelasnya. Kemudian, sambung dia, dokter jaga menghubungi RS Sumber Waras Cirebon via telepon. RSUD Majalengka diminta konfirmasi via telepon sekitar 10-15 menit kemudian. Lalu sekitar 15 menit kemudian RS Sumber Waras menginformasikan bahwa pasien sudah dapat dirujuk. Namun setelah diinformasikan kepada pihak keluarga, mereka tetap menginginkan untuk dirujuk ke RSUD Cideres. Setelah itu keluarga pasien menghubungi Kades Malausma untuk meminta bantuan menghubungi RSUD Cideres. Sesuai permintaan keluarga pasien setelah keluarga berkoordinasi dengan kades dan pegawai RSUD Cideres, menurut pegawai tersebut pasien dibawa saja ke RSUD Cideres. Padahal sudah ada konfirmasi resmi dari RSUD Cideres bahwa IGD penuh. Lalu keluarga menyelesaikan administrasi pasien di kasir. Pasien berangkat menuju RSUD Cideres dengan ambulans sesuai dengan keinginan keluarga. Dit engah perjalanan, petugas perawat rujuk RSUD Majalengka berkoordinasi dengan dokter jaga dan perawat RSUD Cideres. Kesimpulannya pasien tidak bisa diterima di RSUD Cideres karena tidak memiliki fasilitas PICU, dan disarankan untuk ke RS Sumber Waras sesuai rujukan awal. Perawat perujuk menggunakan alat komunikasi selular berkoordinasi dengan pihak terkait, dan tidak melakukan komunikasi pribadi. Ambulans sampai ke RS Sumber Waras dan perawat perujuk melakukan operan pasien dengan dokter dan perawat IGD RS Sumber Waras. Selanjutnya perawat perujuk membantu keluarga pasien mengurus administrasi di RSUD Sumber Waras. “Pasien Rania Dewi Humaira meninggal RS Sumber Waras, demikian fakta informasi ini kami sampaikan semoga RSUD Majalengka tetap menjadi pilihan masyarakat Majalengka,” beber Rizal diiyakan Kepala Bidang pelayanan dan perawatan medis dan non medis RSUD Majalengka yang juga Ketua IDI Cabang Majalengka, dr Hj Erni Harleni MARS. (ara/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: