Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Senin 21-08-2023,17:34 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan
Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Ada sebuah novel yang terkenal saat itu. Judulnya novel itu adalah “Patjar Merah Indonesia”. Novel itu bercerita tentang kisah penyamaran Tan Malaka.

Patjar Merah sebenarnya adalah sebuah novel petualangan. Judul aslinya adalah “Spionage Dients”. Kemudian diindonesiakan menjadi “Patjar Merah Indonesia”.

Novel itu terbit di Medan, Sumatera Utara pada Maret 1938. Novel terbitkan Centrale Courant & Boekhandel ini berkisah tentang seorang tokoh misterius berjudul Pacar Merah.

BACA JUGA:Harta Karun Perairan Cirebon, dari Five Dynasty Abad 9, Luwu Ijo hingga Putera Sunan Gunung Jati Terbunuh

Penulis novel mencitrakan tokoh utama sebagai seseorang yang sangat misterius dan sangat ahli menyamar.

Pacar Merah juga menguasai ilmu intelijen dan kontra intelijen, mampu membaca masa depan, dan mempunyai kesaktian misterius.

Pacar Merah, dalam novel itu, melegenda karena menjadi buruan dinas rahasia seluruh dunia.

Ia berpindah-pindah dari suatu negeri ke negeri lain. Seperti Belanda, Filipina, Kamboja, Hong Kong, hingga China. 

BACA JUGA:Dahulu Asalnya di TNGC, Kini Tinggal di Gua Kelelawar, Mitosnya Bertubuh Ular Berkapala Manusia

Dalam penyamarannya, dalam satu kisah, Pacar Merah harus menyamar sebagai perempuan tua dengan tiga anak.

Novel ini memang cerita fiksi karya Matu Mona. Namun, sosok atau tokoh yang menjadi Pacar Merah sendiri bukanlah tokoh fiksi. Dia adalah Tan Malaka.

Novel itu ditulis oleh Matu Mona karena terinspirasi dari surat-surat Tan Malaka kepada Adinegoro, Pemimpin Redaksi koran Pewarta Deli.

Surat-surat Tan Malaka itu menceritakan tentang pengembaraannya serta gagasan-gagasan tentang kemerdekaan Indonesia.

Suatu ketika, Adinegoro memperlihatkan surat-surat tersebut kepada Matu Mona. Ketika itu Matu Mona bekerja sebagai redaktur Pewarta Deli. 

Sebagai seorang wartawan, Matu Mona kemudian menuliskan kisah pengembaraan Tan Malaka. Agar tidak mengundang kecurigaan intel Belanda, dia pun mengemas tulisannya dalam bentuk novel.

Ada kisah menarik. Pada tahun 1938 saat Matu Mona berkunjung ke Singapura, seorang tukang jahit asal Sumatera Barat mengundangnya singgah ke tokonya. Secara tiba-tiba di depannya muncul seseorang berpenampilan seperti orang China.

Kategori :