Prasasti Sanghyang Tapak I memuat keterangan bahwa pada bulan Kārttika, paro-terang, tahun 952 Śaka ketika raja Sunda bernama Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurtti Samarawijaya S akalabhuwaṇamaṇḍalaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottungadewa menetapkan semacam daerah larangan (tepek) di sebelah timur Sanghyang Tapak.
Daerah larangan atau daerah tertutup itu berupa sebagian dari sungai, yang kemudian dinyatakan tertutup atau tidak diperbolehkan untuk segala macam penangkapan ikan dan penghuni sungai lainnya.
Sementara itu ditetapkan pula batas-batasnya, di hulu sungai berbataskan dengan tempat pemujaan, dan perbatasan di hilir adalah yang terdapat dua batu besar.
Demi peneguhan keputusan ini maka dibuatkan prasasti. Keterangan terakhir dari prasasti Sang Hyang Tapak I ini adalah bahwa raja Sunda mengucapkan sumpah atau kutukan.
Mengenai para dewa dan leluhur yang dijadikan saksi dan macam sumpah yang dilontarkan bagi pelanggar keputusan sang raja diuraikan lebih lanjut dalam prasasti Sang Hyang Tapak II.
BACA JUGA:Ada Sungai Purba di Bawah Laut Jawa, Bukti Biologisnya Hewan Ini, Jejaknya di Belitung Timur
Prasasti Sanghyang Tapak II merupakan kelanjutan dari prasasti Sanghyang Tapak I yang memuat angka tahun 952 dan langsung menyebutkan para Dewa dan leluhur yang diminta menjadi saksi pengucapan sumpah ini.
Barang siapa yang melanggar ketetapan ini akan terkena sumpah, yaitu terbelah kepalanya, terpotong ususnya, terisap otaknya, dan terbelah dadanya.
Sumpah itu berlaku untk sepanjang masa. Pengaruh sumpah ini secara tidak disadari masih terasa sampai sekarang, karena tidak ada yang berani mandi di daerah tersebut.
Dari gelarnya, raja Jayabhupati adalah penganut Hindu aliran Waisnawa, seperti juga dengan raja Airlangga yang berkuasa di Jawa Timur pada abad yang sama sebagai penganut Hindu Waisnawa.
Berikut ini alihaksara tiga prasasti pertama menurut etnolog C.M. Pleyte :
D 73: //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma- D 96: gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha. BACA JUGA:Harimau Putih dan Loreng, Duduk Perkara Penjelmaan Prabu Siliwangi dan Sisa-Sisa Prajurit Pajajaran D 97: sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan. Terjemahan D 73, D 96, dan D 97 Selamat dan sejahtera. Pada tahun Saka 952, bulan Kartika pada hari ke-12th bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh Sri Jayabhupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda. D 98: //O// indah ta kita kamung hyang Hara Agasti purbba, Daksina, Paccima, Uttara, Agniya neritibayabya aicanya urddhadah rawi caci patalapawanahutasanapah bhayu akaca teja sanghyang maho-ratra saddhya yaksa raksa-sa picaca preta sura, Garuda, Graha, kinaramahoraga catwara lokapala Yama Baruna Kuwera bacawa mwang putra dewata Panca kucika nandicwara mahakala du-Rggadewi ananta surindra anakta hyang kalam- R tyu gana bhuta sang prasiddha mulu manarira umasukisarwwajanma ata regnyaken iking sa- patha samaya sumpah pamangmang ni lebu ni paduka haji sunda iriki ta kamung hyang kabeh. .........paka dya umalapa ikan..... i sanghyang tapak ya patyananta ya kamung hyang denta t patiya siwak kapalanya cucup etekna belah dadanya inum rahnya rantan ususnya wekasaken pranantika............. .......i sanghyang kabeh tawat hana wwang baribari cila irikang lwah i Sanghyang tapak apan iwak pakan parnnahnya kapangguh i sanghyang..... ......maneh kaliliran Paknanya kateke dlaha ning dlaha....... .......paduka haji i sunda umade- makna kadarman....... ing samangkana wekaet Paduka haji i sunda sanggum nti ring kulit i kata kamanah ing kanang..... ...... i sanghyang tapak makatepa lwah watesnya i hulu i sanghyang tapak i...... ....... i hilir mahingan i-rikang..... umpi ing wungkal gde kalih. Iwruhhanta kamung hyang kabeh //O// BACA JUGA:Patung Ini Punya Wajah Mirip Wanita Tionghoa, Siapa Sebenarnya Perawan Sunti di Gedung Pesanggrahan Sunyaragi Terjemahan D 98: Sungguh indah kamu sekalian Hiyang Siwa, Agas-Tya, Timur, Selatan, Barat, Utara, Tenggara, Barat-Daya, Barat-Laut, Timur-Laut, zenith, nadir, matahariBulan, bumi, air, angin, api, sungai, kekuatan, angkasa, cahaya, sanghyang malam, senja, yaksa, Raksasa, pisaca (sebangsa peri), sura, garuda, buaya, Kinara (manusia burung), naga, keempat pelindung dunia, Yama, Baruna, Kuwera, Besawa dan putera Dewata Panca Kusika, lembu tunggangan Siwa, Mahakala, Dewi Durga, Ananta (Dewa Ular), Surin-Dra, putera Hiyang kalamercu, gana (makhluk setengah dewa), buta (sebangsa raksasa), para arwah. Semoga ikut menjelma meraksuki semua orang. Kalian gerakkanlah supata, janji, sumpah dan seruan raja Sunda ini. Oh, ketahuilah kamu sekalian hyang.BACA JUGA:Tingginya 503 Meter di Tengah Kota, Konon Dahulu Orang Mendekat akan Meninggal, Ada 4 Petilasan
Prasasti ini D 98 isinya adalah piagam persumpahan raja, yang terdiri atas 20 baris. Sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata ( hyang ) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, " I wruhhanta kamung hyang kabeh " yang artinya Oh ketahuilah kamu sekalian hyang ) (*)