Kemudian dibungkus dengan material membran pada seluruh permukaannya. Barulah di atas struktur geofoam itu, dibuat konstruksi besi untuk dilakukan pengecoran.
Konstruksi dengan geofoam EPS ini, terbukti ampuh menangani area jalan yang labil. Bahkan sudah dipakai untuk mudik dan arus balik lebaran tanpa ada masalah.
Material geofoam ini, lazim dipakai di Eropa untuk mengatasi struktur tanah labil dan berair. Sebab, bebannya lebih ringan dari tanah urugan, dan meminimalisasi terjadinya ambles.
Nah, teknik serupa digunakan untuk Seksi 5B tepatnya pada STA 52+000 yang saat ini sepertinya akan ditangani dengan material B-Foam.
Secara kasat mata, geofoam EPS dan B-Foam EPS ini terlihat mirip. Hanya saja, B-Foam terlihat lebih panjang dari segi dimensi dan ukuran.
B-Foam juga terbuat dari expanded polystyrene (EPS) yang merupakan material insulasi untuk pengganti urugan.
Sebagai informasi pada area Seksi 5B STA 52+000 atau persis berada di seberang batching plant, sebelumnya terjadi longsor.
Meski tidak separah dan seluas longsoran di STA 51+000 yang kemudian dibangun Jembatan Gunung Puyuh, kejadian tanah ambles di STA 52+000 tentu saja cukup merepotkan.
BACA JUGA:MENGENAL Yonif Raider 321 GT dari Majalengka yang Dikirim ke Papua, Kiprahnya Luar Biasa
Terlihat di lokasi pada Hari Sabtu, 29, April 2023 sudah tersedia alat berat untuk melakukan konstruksi bore pile.
Material B-Foam EPS juga sudah ada di lokasi dan diperkirakan akan dipakai untuk insulasi pengganti urugan.