
Heroin menjadi komponen utama perdagangan opium setelah Perang Dunia II, dan permintaan heroin oleh pasukan Amerika Serikat selama Perang Vietnam membantu mengubah perekonomian opium di Segitiga Emas menjadi perekonomian heroin yang besar dan menguntungkan.
BACA JUGA:Tata Cara dan Ketentuan Puasa Syawal, di Momen Hari Raya Idul Fitri 1445 H
Perdagangan narkoba kini mempengaruhi setiap aspek politik di wilayah tersebut.
"Betul. Di-packaging di sana untuk dibawa ke Malaysia, baru drop ke Indonesia,“ kata Mukti saat dikonfirmasi apakah Fredy mengambil produknya dari Segitiga Emas.
Sementara itu Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Komisaris Besar Jayadi mengatakan Fredy berperan sebagai pengendali antara produsen narkotika luar negeri dengan distributor di Indonesia.
Jayadi menjelaskan, berdasarkan hasil investigasi, Fredy tidak memiliki pabrik, tetapi sebagai pengendali antara pemilik barang yang ada di luar negeri dengan jaringan yang ada di Indonesia.
"Kepastian sumber barang masih dalam penyidikan,” kata Jayadi.
Diirektur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Mukti Juharsa mengungkapkan Fredy Pratama mencuci uang hasil kejahatan narkoba dengan menyalurkan kepada ayahnya untuk membuat tempat hiburan seperti tempat karaoke, hotel, hingga restoran.
Mukti mengatakan ayah Fredy yang bernama Lian Silas sudah diproses secara hukum. Berkas perkaranya, kata Mukti, sudah diserahkan ke Kejaksaan Agung dan menunggu P-21.
Ada juga tanah-tanah yang dibeli bapaknya sebagai aset daripada pencucian uang yang dilakukan oleh Fredy pratama terhadap uang-uang tersebut,” kata Mukti.
BACA JUGA:Aturan Seragam Sekolah Baru 2024 Kemendikbudristek, Catat Ada Apa Saja Perbedaannya!
Ia enggan mengungkap apakah ada anggota keluarga lain yang terlibat mencuci uang Fredy Pratama.
Sementara itu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan total perputaran uang dari jaringan narkotika internasional Fredy Pratama mencapai Rp 51 triliun sejak 2013 sampai 2023.
Sekretaris Utama PPATK Inspektur Jenderal Alberd Teddy Benhard Sianipar mengatakan temuan tersebut didapati pihaknya usai melakukan 32 Laporan Hasil Analisis (LHA) terhadap rekening milik para pelaku serta dengan perusahaan yang terafiliasi.
"Sementara perputaran terkait dengan sindikat narkoba internasional ini (Fredy Pratama) tadi tercatat ada 51 triliun sepanjang 2013-2023," kata Alberd dalam keterangan tertulis, Selasa, 12 September 2023.