Aliansi BEM Soroti Dana CSR Puluhan Miliar

Aliansi BEM Soroti Dana CSR Puluhan Miliar

AUDIENSI: Aliansi BEM Kabupaten Majalengka saat menggelar audiensi di DPRD, Selasa sore (8/7).-Baehaqi-Radarmajalengka.com

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Majalengka menggelar audiensi dengan Komisi II DPRD Majalengka pada Selasa (8/7) sore.

Dalam pertemuan tersebut, mereka menyoroti persoalan penyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dinilai tidak tepat sasaran, meski jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah.

Kedatangan mahasiswa di Gedung DPRD Majalengka disambut langsung oleh Ketua Komisi II, Dasim Raden Pamungkas, beserta jajaran. Sayangnya, audiensi berlangsung tanpa kehadiran perwakilan Forum CSR, yang justru menjadi inti permasalahan yang diangkat oleh para mahasiswa.

“Kami kecewa karena Forum CSR tidak hadir. Padahal, temuan kami menunjukkan bahwa penggunaan dana CSR masih jauh dari kata merata dan tepat guna. Jika tidak segera ditindaklanjuti, kami akan kembali turun dengan cara kami sendiri,” tegas Angga Pangestu, Ketua Aliansi BEM Majalengka.

BACA JUGA:Warna Baru X-Ride 125 Tampil Tangguh dan Fresh Siap Jelajah Petualangan Baru

Dalam audiensi tersebut, Dasim Raden Pamungkas menjelaskan bahwa saat ini Forum CSR memang belum aktif. Susunan kepengurusan terakhir telah dibentuk pada 5 Desember 2024 saat Majalengka masih dipimpin oleh Pj Bupati, namun belum sempat dilantik. Kini, setelah adanya bupati definitif, pemerintah daerah berencana membentuk kembali struktur pengurus Forum CSR.

“Kami di Komisi II akan merekomendasikan kepada Bupati Majalengka agar segera membentuk Forum CSR yang baru. Forum ini penting untuk mengoordinasikan tanggung jawab sosial perusahaan di Majalengka, sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 6 Tahun 2022,” ujar Dasim.

Dalam audiensi, mahasiswa menyampaikan berbagai keluhan berdasarkan temuan di lapangan. Salah satunya adalah kondisi SDN Wanasalam 3, yang berdampingan langsung dengan kawasan industri namun tidak mendapatkan perlindungan atau dukungan dari pihak perusahaan. Menurut mereka, dana CSR seharusnya digunakan untuk menjawab persoalan pendidikan dan infrastruktur dasar.

Selain itu, Aliansi BEM juga menyoroti persoalan lingkungan di wilayah Kasokandel yang dipenuhi oleh pabrik, namun belum memiliki Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).

BACA JUGA:Pemkab Majalengka Kembangkan Dua Poros: Industri di Utara, Wisata di Selatan

“Sampah rumah tangga meningkat, tapi belum ada perhatian dari perusahaan,” ujar Angga.
Di bidang kesehatan, mahasiswa mengungkapkan keprihatinan atas penurunan jumlah penerima bantuan kesehatan dari pemerintah daerah melalui BPJS. Mereka berharap dana CSR dapat dialokasikan untuk mendukung layanan kesehatan masyarakat, termasuk program edukasi gizi guna menekan angka stunting.

Masalah pemuda dan pengangguran pun turut menjadi sorotan. “Krisis kepemudaan dan minimnya pembinaan membuat potensi generasi muda terabaikan,” lanjut Angga.

Aliansi BEM Majalengka mendorong agar Forum CSR yang akan dibentuk nantinya mengedepankan prinsip transparansi, partisipasi masyarakat, dan berpihak pada kebutuhan nyata warga.

“Kami tidak menolak CSR. Justru kami ingin pelaksanaannya tepat sasaran dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” pungkas Angga. (bae)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait