Para calon biasanya diwajibkan untuk memberikan rencana konkret, memaparkan langkah-langkah yang dapat diukur untuk realisasi kebijakan, dan mempertanggungjawabkan pandangan secara terbuka.
"Penekanan ini membuat debat politik di negara-negara tersebut berfokus pada penyelesaian masalah dan mengurangi intrik politik yang tidak produktif (King & Palmer, 2021)," imbuhnya.
Sebagai contoh, lanjut Adi, dalam debat pemilihan walikota New York, moderator dan panelis secara profesional memandu diskusi yang mendalam, memaksa kandidat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berbobot, termasuk dampak dari kebijakan-kebijakan pasangan calon dalam jangka pendek maupun panjang.
Selain itu, format yang ketat ini juga menumbuhkan kedewasaan politik karena setiap kandidat diminta menghormati waktu bicara lawannya, menghindari serangan pribadi, dan memaparkan kebijakan dengan jelas dan santun.
"Dengan suasana yang terkontrol seperti ini, debat menjadi informatif dan edukatif bagi publik, serta memperkuat kepercayaan pemilih (Cameron & Green, 2020)," ulasnya.
BACA JUGA:Cabup Eman : Isu Bansos Dihentikan Buat Gaduh Masyarakat Hingga Fitnah Keji Tidak Berdasar
Debat Sebagai Momentum Penentu bagi Swing Voters
Di Majalengka sendiri, Adi menilai jika kelompok pemilih mengambang atau swing voters masih menjadi target yang penting. Dalam konteks inilah, debat perdana calon bupati ini diharapkan mampu menjadi ajang bagi para calon untuk mempertegas posisinya dalam isu-isu yang selama ini menjadi perhatian masyarakat Majalengka.