RADARMAJALENGKA.COM-Gunung Lawu menyimpan beberapa sejarah dan misteri yang masih belum terpecahkan. Salah satunya soal bangunan piramida di puncaknya.
Peneliti asal Jerman Franz Wilhelm Junghuhn konon pernah melakukan ekspedisi ke gunung yang memiliki ketinggian 3.265 Mdpl itu. Junghuhn konon memulai ekspedisinya pada 11 Mei 1838.
Ia mengawali perjalanannya dari arah paling barat laut dari tiga anak gunung, yaitu Argo Blungko setinggi 3.010 meter), kemudian Argo Tumiling (lebih dikenal Hargo Dumiling sekarang) dengan ketinggian 3.193 meter, juga disebut Argo Tiling, dan berakhir pada puncak tertingginya, Argo Dumilah di ketinggian 3.265 Mdpl.
Ekspedisi itu dicatatkan oleh Residen Madiun bernama Lucien Adam pada "Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam".
Pada catatannya Junghuhn mencatatkan bagaimana puncak tertinggi tersebut terletak tepat di perbatasan Madiun dan wilayah Surakarta.
Junghuhn menyebut di tengah-tengah pada puncak Argo Blungko, yang diduga kuat kini Hargo Dalem terdapat sebuah lubang persegi yang besar, ujungnya tampaknya telah dibentuk oleh dinding dan oleh karena itu tampak seperti telah mendapatkan sentuhan seni.
Kemudian di Hargo Dumiling, Junghuhn kembali mencatatkan bahwa ada lalu lintas manusia di sebagian besar area permukaannya yang kecil telah ditata lagi dalam bentuk ruang-ruang persegi yang ujung-ujungnya terdiri atas batu-batu kasar dan saling bertumpukan.
Ketika sampai di lereng utara Dumilah, Junghuhn sekali lagi menemukan beberapa teras yang telah dibentuk manusia.
Teras - teras ini hanya dikelilingi dengan bongkahan batu kasar yang bertumpuk di atas satu sama lain dan tidak memanjang sampai ke puncak.
Menurut uraiannya, bentuk bagian puncak berupa sebuah dataran persegi, lebarnya sekitar 15 kaki atsu sekitar 4,57 meter.
Pada ketinggian 3 kaki atau 0,914 meter, dataran itu dikelilingi oleh dinding yang terbentuk dari batu-batu yang ditumpuk secara kasar.
Sebuah pondok yang sederhana terbuat dari papan ditemukan di tempat ini, bagian dalamnya memiliki begitu banyak ruang.
Pondok itu menempati sebagian besar permukaan puncak. Bagian yang tersisa dari pondok ini hanyalah koridor sempit di antara dinding-dinding rumah. (*)