Dan, seiring perkembangan bahasa daerah ini menjadi Malausma.
Kedua, diceritakan pemerintah kolonial Belanda melakukan pemetaan tanah dan memasuki pedukuhan Buyut Meuk.
Pemerintah kolonial Belanda menganggap pedukuhan Buyut Meuk belum memiliki nama dukuh dan pejabat. Lalu, menanyakan kepada Buyut Meuk nama perkampungan ini?
Buyut Mueuk berkata dengan bahasa Arab karena sudah dipengaruhi ajaran Islam dengan suara gugup "Ma La Isma" artinya tidak ada orang tersebut di sini.
Buyut Mueuk gugup menjawab karena dianggap pemerintah kolonial Belanda sedang mencari Karta Braja yang bersembunyi di perkampungannya.
BACA JUGA:Laporan Kerajaan Belanda, Sumur Minyak di Maja Rerink Habis Modal
Kedua kisah tutur di masyarakat tersebut memiliki titik temu yakni orang yang dicari pemerintah kolonial Belanda di pedukuhan Buyut Meuk, bernama Karta Braja, dan kata "Ma La Isma" sebagai asal-usul.
Seiering perkembangan bahasa akhirnya daerah ini berkembang mejadi nama “MALAUSMA”.
Malausma, merupakan wilayah perbatasan antara kerajaan Galuh dan kerajaan Talaga Manggung , dan seiring dengan perkembanganya Malausma menjadi daerah kekuasaan Talaga Manggung.
BACA JUGA:Ada Apa dengan Tanggal 21 Februari 2024? Ini Ramalan yang Terjadi
Pada zamannya, Malausma banyak para jawara atau orang sakti sebagai utusan kerajaan. T erdapat dua keturunan Buyut Meuk dan Buyut Kotek. Kuwu pertama Malausma yaitu Buyut Kotek.
Dalam perjalanan sejarah Malausma tidak terlepas dari keterkaitanya dengan kerajaan Mataram. Misi besar Mataram saat itu, melawan pemerintah Belanda dengan menyerukan kerajaan-kerajaan lain di pulau Jawa untuk bergabung dan menyerang pusat pemerintah kolonial Belanda di Batavia.
BACA JUGA:Lahir Dramatis, Wargi Sunda Tahu Siapa Cepot?
Namun, misinya tidak berjalan mulus dan pasukan Mataram dipukul mudur. Dari situ juga pasukan Mataram banyak yang terpisah dari rombongan prajurit lain dan memasuki daerah-daerah yang berada di wilayah Jawa Barat bagian timur.
Pasukan VOC juga mengejar para prajurit Mataram yang melarikan diri dan tidak kembali lagi ke Mataram tapi menyebar di banyak tempat dengan misi menyebarkan Agama Islam, termasuk Karta Braja dan menetap di wilayah Malausma.