Ade Ahmad Ramlan, 14 Tahun Mengabdi Tanpa Kepastian

 Ade Ahmad Ramlan, 14 Tahun Mengabdi Tanpa Kepastian

Ade Ahmad Ramlan, tenaga kesehatan honorer asal Majalengka, yang telah mengabdi selama 14 tahun tanpa kepastian status.-Baehaqi-radarmajalengka

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKa.COM - Di balik senyum ramah Ade Ahmad Ramlan, tersembunyi kisah panjang tentang dedikasi, kesetiaan, dan perjuangan hidup yang tak banyak diketahui publik.

Selama 14 tahun terakhir, pria asal Desa Sindanghurip, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka ini setia mengabdi sebagai tenaga kesehatan honorer di Puskesmas Margajaya, Kecamatan Lemahsugih.

Sejak tahun 2011, setiap hari Ade menempuh perjalanan 25 hingga 30 menit menuju tempatnya bekerja.
Tak pernah absen, tak pula mengeluh. Ia selalu hadir setiap pagi dengan semangat yang sama, meski status kepegawaiannya belum juga pasti.

Hingga kini, Ade masih tercatat sebagai tenaga honorer kategori R4  non database BK.
Status yang membuatnya terpinggirkan dari prioritas pengangkatan sebagai aparatur sipil negara (ASN).

BACA JUGA:Rumah BUMN Binaan BRI Ubah Nasib, Berikut Kisah Inspiratif UMKM yang Go Digital dan Raih Omset Menggiurkan

"Saya datang setiap hari bukan karena gaji atau status, tapi karena saya merasa ini adalah panggilan," ujar Ade saat ditemui pada Minggu (10/8).

Pernyataan tersebut disampaikan Ade dalam sebuah audiensi yang dihadiri oleh sejumlah tenaga honorer kategori R4 dari berbagai wilayah di Majalengka.

Mereka menyuarakan satu tuntutan yang sama: kejelasan status dan masa depan. Harapan kini tertuju pada afirmasi terakhir dari Presiden Joko Widodo, menjelang akhir masa jabatannya pada akhir tahun ini.

"Harapannya, tahun ini ada afirmasi terakhir dari Bapak Presiden untuk legalitas kami yang selama ini telah mengabdi," lanjut Ade.

BACA JUGA:AgenBRILink Dekatkan Akses Layanan Keuangan bagi Petani di Kabupaten Gowa

Meski pernah mendapat tawaran pekerjaan di tempat lain, Ade memilih bertahan.
Ia mengaku, selain karena kecintaannya terhadap profesi, alasan utama lainnya adalah keinginan untuk tetap dekat dengan keluarga.

"Sebenarnya ada tawaran kerja di tempat lain, tapi istri tidak mau saya jauh. Katanya, lebih baik hidup sederhana asal tetap dekat dengan keluarga," tuturnya sambil tersenyum.

Kini, Ade menjadi tulang punggung keluarga dengan dua anak, dan satu lagi yang akan segera lahir.
Di tengah keterbatasan, ia tetap bersyukur, meski penghasilannya sebagai tenaga honorer seringkali tidak menentu.
Honor yang diterimanya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan.

"Kalau bicara cukup atau tidak, jelas tidak cukup. Tapi saya tetap bersyukur. Pengabdian ini bukan soal uang semata," katanya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: