
"Pak karna itu cenderung stagnan, meskipun ada sedikit penurunan tapi tidak signifikan," ujar dia.
BACA JUGA:KPU : Lewati Tiga Kali Uji Coba, Pastikan Sirekap Jadi Alat Rekapitulasi Suara Lebih Akurat
Burhanudin menjelaskan stagnannya hasil survei Karna-Koko dipicu beberapa faktor. Pesimisme masyarakat menjadi salah satu alasan elektabilitas Karna-Koko masih stagnan.
"Mengapa terjadi stagnasi, salah satunya karena persepsi publik terhadap Pak Karna itu cenderung kurang positif, misalnya terkait isu korupsi banyak yang mengatakan buruk, kemudian juga soal isu ekonomi," ungkapnya.
Hal itulah, kata Burhanudin, mengapa elektabilitas Karna Sobahi itu cenderung stagnan bahkan mulai disalip bulan lalu oleh lawannya Eman Suherman.
Dia menambahkan survei ini dilakukan pada periode 16 sampai dengan 19 Oktober 2024 di 26 Kecamatan dengan jumlah sampel 400 responden yang sudah berusia 17 tahun atau lebih.
Teknik pengumpulan data Indikator Politik Indonesia dilakukan melalui wawancara secara langsung menggunakan metode random sampling dengan toleransi kesalahan margin of error (MoE) sekitar kurang lebih 5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Setelah proses wawancara, Indikator Politik Indonesia juga melakukan quality control atau spot check terhadap hasil survei di lapangan. Quality control dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih.