Hingga akhirnya, 78 tahun lalu pada 17 Agustus 1945, terjadilah peristiwa Proklamasi Kemerdekan Indonesia. Teks proklamasinya dirumuskan oleh gabungan gol tua dan muda pada dini hari sebelumnya. Kemudian dibacakan Soekarno didampingi Hatta atas nama bangsa Indonesia.
BACA JUGA:Ternyata Jalan Ini Nama Aktivis Freemason di Cirebon, Kok Bisa?
Pada momen itu, baik Sjahrir maupun Tan Malaka, tidak ada di Jalan Pengganngsaan Timur untuk berdiri di belakang para proklamator.
Walaupun ada foto yg mengatakan seseorang terlihat seperti Tan Malaka, namun tidak diketahui kebenarannya.
Keduanya, Sjahrir maupun Tan Malaka memilih menyendiri dari kemeriahan itu.
Sutan Sjahrir memilih tidak ikut karena merasa tidak puas dengan proklmasi yang baginya masih merupakan rekayasa pemberian Jepang. Seperti yang tekah diberitakan majalah Tempo, edisi khusus Sjahrir.
Sementara itu dalam persembunyiannya, Tan Malaka mendengarkan detik-detik negara yang ia impikan dan cita citakan selama ini akhirnya menyatakan merdeka.
Hanya sayang cerita indah itu tidak berlaku menjelang akhir kehidupan kedua anak bangsa itu. Sjahrir dijadikan tahanan politik Orde Lama hingga ia meninggal dunia.
Sementara itu sang bapak republik, Tan Malaka tewas ditangan tentara nasional dari negara yang dulu ia gagas dan begitu ia cintai.
Nah, inilah kisah dua anak bangsa bernama Sutan Sjahrir dan Tan Malaka. Dua sosok yang penuh kontroversi di negeri ini. (*)