Sudah 20 tahun lamanya Tan Malaka menghilang. Keberadaannya hanya diketahui segelintir orang dari golongan muda.
Tan Malaka bukan nama baru di telinga para perumus bangsa. Meskipun keberadaannya mungkin tidak diketahui orang orang, tapi pemikirannya tersebar ke penjuru negeri.
la digelari Bapak Republik, atau "the true founding father". Ia digelari itu karena gagasan, konsep, dan cita-citanya.
Negara ini telah dituliskan oleh Tan Malaka melalui bukunya; Naar de Republiek Indonesia. Tulisan itu ia susun tahun 1925. Ketika masih di Belanda. Tulisan itu menjadi pegangan banyak peramu bangsa ini di kemudian hari.
Ketika menjelang proklamasi terjadi, masih ada pertentangan alot antara golongan tua dan muda. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam buku Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia karya Rudolf Mrazek.
Dalam buku tersebut diungkapkan jika Sutan Sjahrir berhasil menemui Tan Malaka. la menawarkan rancangan teks proklamasi dari golongan muda untuk dibacakan oleh Tan Malaka kelak saat hari kemerdekaan.
Namun Tan Malaka menolak kesempatan emas itu. Bahkan Tan Malaka sendiri yang meminta Sjahrir mencari tokoh lain saja untuk membacakannya.
BACA JUGA:Jaringan Kontroversial Ini Pernah Merambah di Kota Wali, 7 Tahun Cirebon Dipimpin Seorang Freemason
Sjahrir sempat kecewa dengan penolakan itu. Ia gagal merayu seorang Tan Malaka, seorang yang anggap paling pantas untuk membacakan teks tersebut.
Meskipun dirinya menolak membacakan proklamasi, Tan Malaka tidak berarti pergi begitu saja dan membiarkan golongan muda memperjuangkannya sendiri.
Menurut beberapa sumber, Tan Malaka masih memberikan kontribusi besar dalam proses terjadinya proklamasi.
Bahkan menurut sumber tersebut, Tan Malaka adalah orang yang menggerakan golongan muda semisal Sukarni, Wikana dan lain lain.
Golongan muda itu diminta untuk melakukan siasat penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya agar Proklamasi dapat dilakukan tanpa pengaruh Jepang dan golongan tua lainnya.