Sebagaimana persaudaraan, Raden Mas Adipati Ariodinoto juga membangun jaringan dengan pemimpin daerah, regent hingga elit bangsawan lainnya yang juga terlibat aktif dalam Freemasonry.
Sebut saja bangsawan lainnya, yaitu Raden Toemenggoeng Ario Tjondro Negoro (Regent Sidoarjo), Raden Soerio (opsir irigasi di Pemalang), Raden Mas Toemenggoeng Ario Koesoemo Joedo (Regent Ponorogo), dan Raden Mas Adipati Ario Tjokro Adi Koesoemo (Regent Temanggung).
Ketertarikan dan bergabungnya sejumlah priyayi di Jawa ke dalam Freemasonry tidak terlepas dari propaganda R.M.A.A. Poerbo Adiningrat yang membentuk sebuah komisi bernama Voorloopig Programma der Commissie voor het propageeren der Maconnieke idéé in de Inlandsche Maatschappij.
BACA JUGA:Tingginya 503 Meter di Tengah Kota, Konon Dahulu Orang Mendekat akan Meninggal, Ada 4 Petilasan
Jaringan sejenis ini tentunya menggiurkan bagi sejumlah elit bangsawan pribumi. Tak ayal, hampir di seluruh wilayah di Jawa, sejumlah bangsawan dan priyayi pribumi terlibat aktif dalam keberlangsungan Freemasonry.
Keterlibatan elit bangsawan terhadap Freemasonry masih menjadi teka-teki besar tentang bagaimana kota religius seperti Cirebon, memiliki Freemasonry yang bertentangan dengan ajaran Islam yang kuat di Keraton Cirebon.
Catatan paling awal mengenai keberadaan Freemasonry di Cirebon dimulai dari pendirian loji “Humanitas” di Tegal sebagai loji paling dekat dengan Cirebon dengan jarak sekitar 45 mil.
BACA JUGA:Apa Benar Ciri-ciri Majalengka Dulunya Lautan? Sungai Cikeruh Jalur Perlintasan Kapal VOC
Pendirinya menurut majalah L’union Fraternelle; Weekblad Voor Vrijmetselaarsadalah van Olden, Slingerlandt dan Hesselberg (L’union fraternelle; weekblad voor vrijmetselaars, jrg 8, 1898, no 29, 16-07-1898, 1898).
Buku kenangan Freemasonry di Hindia Belanda, menyebutkan para pendiri lebih lengkap yaitu Mr. Vr. M. R. H. van Olden, J. B. G. van Slingerlandt, F. G. Voorbij, H. ‘t Hoen, C. van Eek, J. E. van der Linden dan J. Th. Hesselberg yang diprakarsai pada 21 April 1897(“De Ster in het Oosten”, Weltevreden, “La Constante et Fidele”, Semarang, “De Vriendschap,” 1917). van Olden tercatat memiliki tempat tinggal di dekat residen Cirebon (Indisch maçonniek tijdschrift, jrg 2, 1896-1897, 1897).
BACA JUGA:Rupa Pesisir Selatan Pulau Jawa Ini Misterius Meretas Peta Kuno, Kenapa Pelaut Abad ke-16 Terkecoh?
Beberapa bulan selanjutnya yaitu November 1898 diadakan pertemuan di loji “Humanitas” yang diprakarsai oleh Freemasondari Tegal dan Cirebon, dengan panitianya adalah H. J. W. van Lawick van Pabst, W. Buurman van Vreeden, A. G. Lamminga, G. W. S. van Hasselt(L’union fraternelle; weekblad voor vrijmetselaars, jrg 9, 1899, no 15, 08-04-1899, 1899).
Adapun struktur kepengurusan selanjutnya adalah G. J. P. Vallete, R. H. van Olden, G. A. Malga,F. G. A. Akker,G. W. S. van Hasselt, A. Bochardt(L’union fraternelle; weekblad voor vrijmetselaars, rg 9, 1899, no 15, 08-04-1899, 1899).
Akker merupakan Freemason yang bermukim di Cirebon dengan pekerjaan sebagai penerima bea masuk, ekspor dan bea cukai sejak 1895 (De locomotief : Samarangsch handels-en advertentie-blad; 10 sep 1895 -Art. 37, 1895).
Buku Gedenkboek Vrijmetselarij mencatat bahwa sekitar tahun 1893 telah terdapat beberapa Freemasonyang belum diakui secara resmi di loji-loji, yang tersebar di beberapa kota yaitu Bandung, Blitar, Cirebon, Yogyakarta, Padang, Pekalongan, Rembang, Salatiga, Surabaya dan Tegal(“De Ster in het Oosten”, Weltevreden, “La Constante et Fidele”, Semarang, “DeVriendschap,” 1917).