Indonesia yang mayoritas muslim dengan mempunyai keyakinan dan mudah dipengaruhi oleh perkataan ulama besar.
Habib Ahmad Ja'far merupakan Ulama Nahdlatul Ulama yang sangat tersohor mengemukakan salah satu alasan kenapa dia memilih Jokowi yaitu karena Jokowi orang baik yang tidak membeda-bedakan manusia.
Selain itu, nama Jokowi sendiri berasal dari salah satu Asmaul Husna yakni Al-Qawiy yang berarti yang Maha Kuat.
Dengan entitas tersebut, habib yakin jika Jokowi memang sosok yang kuat iman dan prestasi kerjanya.
Habib Ahmad Ja'far sampai menganjurkan keluarga, orang-orang terdekat dan jama’ahnya untuk memilih Jokowi.
Mendekati pemilu tahun 2024, terlihat sudah terdapat nama-nama tokoh politik yang sudah melakukan beberapa pendekatan dengan ulama, seperti Anies Baswedan, pada kamis, 8 september 2022 menghadiri kegiatan Jakarta Bersholawat di Masjid Raya KH Hasyim Asyari Jakarta.
Dalam momen tersebut dibagikan oleh Anies melalui akun Instragramnya @aniesbaswedan, sejumlah ulama hadir dalam acara tersebut. Seperti pimpinan pondok pesantren Darul Rahman Jakarta Selatan, KH Syukron Ma’mun, ulama Solo yang juga Maa'wan PBNU Habib Syech Abdul Qadir Assegaf, Ketua MUI DKI Jakarta Munahar Muchtar, hingga KH Munawir Aseli.
BACA JUGA:Bikin Rindu Masa Kolonial, Gerobak Pos di Kadipaten
Selain itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersilaturahmi dengan sejumlah pimpinan pondok pesantren di Jawa Timur di Surabaya pada hari 26 Desember 2022.
Pertemuan antara Prabowo dengan belasan ulama-kiai membahas banyak hal tentang pentingnya menjaga keutuhan negara.
Dalam pertemuan tersebut pun sempat menyinggung terkait Pemilu 2024, di mana berharap ada koalisi Gerindra dan PKB terus dilanjutkan dalam Pilpres 2024.
BACA JUGA:Apakah Kerajaan Majapahit Ada Hubungan dengan Nama Majalengka?
Fenomena lain juga datang dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani menemui Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau kerap disapa Gus Yahya di kantor PBNU, Jakarta pada 15 Maret 2022.
Walaupun ilmu pengetahuan dan kebatinan seolah-olah memiliki dunianya sendiri, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada unsur mistis yang melekat pada masyarakat Indonesia. (*)