152.886 Warga Majalengka Sudah Terima Makan Bergizi Gratis – Tapi Tantangan Keberlanjutan dan Pengawasan Besar

152.886 Warga Majalengka Sudah Terima Makan Bergizi Gratis – Tapi Tantangan Keberlanjutan dan Pengawasan Besar

MBG-dok-radarmajalengka

Majalengka Menjanjikan, Tapi Di Balik Angka Ada Kecemasan

RADARMAJALENGKA.COM-Di Kabupaten Majalengka, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung pemerintah pusat telah menjangkau 152.886 warga hingga Oktober 2025. Dari total target 364.011 orang—termasuk siswa, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita—sekitar 42 persen sudah tersentuh.

Data rapat Satgas MBG di Yudha Hall, Senin (6/10/2025), mengungkap bahwa dari 282.417 siswa, 3.856 ibu hamil, 89 ibu menyusui, dan 77.619 balita telah menjadi penerima manfaat. Di sisi lain, 44 dari total 118 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi, sedang 74 unit lain dalam tahap persiapan.

BACA JUGA:Maraknya Kasus Keracunan MBG Membuat Orang Tua Waswas

Menurut Bupati Majalengka, Eman Suherman, MBG bukan sekadar “bagi-bagi makanan”, melainkan investasi jangka panjang dalam membentuk generasi cerdas dan sehat. Namun, ia juga mengakui bahwa pengawasan ketat harus dijalankan agar distribusi gizi sesuai sasaran dan bebas kecurangan.

Ketua Satgas MBG di Majalengka, Sekda Aeron Randi, menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor—kedinasan, sekolah, TNI-Polri, hingga kepala desa—merupakan tulang punggung keberhasilan program.

Ambisi Nasional: 82–83 Juta Penerima, Tapi Tantangan Besar

MBG digagas sebagai program nasional oleh Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, dengan target menjangkau hingga 82–83 juta penerima. Dalam kurun waktu 11 bulan pelaksanaannya, pemerintah mengklaim program ini sudah bersentuhan dengan puluhan juta warga serta menciptakan 290 ribu lapangan kerja baru dan melibatkan sekitar 1 juta petani dan UMKM.

Namun, di balik klaim sosial-ekonomi tersebut, sejumlah isu keberlanjutan mencuat. Pertama, beban anggaran sangat besar—bagaimana negara memastikan MBG tidak membebani fiskal atau menggerus anggaran prioritas lain? Kedua, logistik dan mutu pangan menjadi titik rawan: ada kekhawatiran standar kebersihan dapur lokal belum merata. Ketiga, integritas data dan akurasi targeting rentan kesalahan, apalagi di daerah dengan data populasi belum mutakhir.

BACA JUGA:Fraksi PKB Kawal Aspirasi Warga Ampel Terdampak Erosi Sungai Cimanuk Majalengka

Majalengka dan Realitas Stunting: Apakah MBG Efektif?

Salah satu tujuan strategis MBG adalah penurunan angka stunting. Di Majalengka, kasus stunting sempat mencapai 36,7 persen (Riskesdas 2018) lalu turun ke 28,5 persen (2019). Namun trennya fluktuatif: pada tahun 2022, angka kembali naik menjadi 24,3 persen, dan survei terakhir menyebut angka 3,12 persen—jauh lebih kecil dibandingkan data historis kawasan Jawa Barat.

Penanganan stunting Majalengka menyasar konvergensi lintas OPD, pengembangan tim updater data, dan intervensi gizi di tingkat desa dan puskesmas. Meski begitu, efektivitas MBG sebagai intervensi baru belum terukur secara jangka panjang—belum ada studi independen robust yang mengaitkan MBG langsung dengan penurunan stunting secara lokal.

Isu Muncul: Keamanan Pangan dan Tekanan Publik

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait