Hari Santri Nasional, Ada Tiga Nama Ulama Besar Bernama yang Sama, Siapa Mereka?

Hari Santri Nasional, Ada Tiga Nama Ulama Besar Bernama yang Sama, Siapa Mereka?

KHIDMAT: Peringatan Hari Santri tahun 2023 di Kabupaten Majalengka berlangsung penuh khidmat.-PAI SUAPRDI-Radarmajalengka.com

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM - Peringatan Hari Santri tahun 2023 kali ini berlangsung cukup meriah. Ribuan santri dan masyarakat menggelar upacara di lapangan GGM Majalengka. Namun ada hal menarik lainya yang ingin dikupas pada hari santri kali ini.

Ada hal yang menarik terkait nama nama tokoh ulama besar di Majalengka, salah satunya adalah KH Endang santri Rusaifah, asuhan Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki Makkah yang ternyata adalah salah satu putra KH Abdul Halim Burujul.

Dan terungkap pula jika di Kabupaten Majalengka ternyata ada tiga ulama besar dengan nama yang sama yakni KH Abdul Halim Asromo, yang merupakan ulama paling tua di antara yang lain. Kemudian  KH  Abdul Chalim Leuwimunding dan KH Abdul Halim Burujul.

Sofyan Sachuri, kader PUI yang juga merupakan tokoh yang paling giat menelusuri sejarah KH Abdul Halim mengatakan, KH Abdul Halim Asromo (PUI) bersama KH Abdul Wahab dan KH Ahmad Sanusi Gunung Puyuh Sukabumi berada di Makkah. Selang  sekitar satu tahun kemudian, KH Abdul Chalim Leuwimunding (NU) datang dan bergabung bersama mereka untuk belajar di guru yang sama.

BACA JUGA:Kemarau, Petani Sudah Tidak Bertani Beralih ke Palawija pun Tetap Merugi

Sosok KH Abdul Chalim Leuwimunding  sendiri dikenal sebagai kiai yang senang menulis. Lalu KH Abdul Chalim membuat Nadzom tentang perjalanan hidup di Makkah dan merekam ketiga kiai di atas.

“Kebetulan saya menyimpan catatan nadzomnya. Dan perlu diketahui, banyak catatan biografi Mbah Halim terutama dari guru-guru Mbah Halim ada beberapa nama yang keliru kalau dilihat dari catatan KH Abdul Chalim. Kemudian KH Abdul Halim Burujul, beliau lebih muda lagi, menurut penuturan salah seorang tetua di Kawungluwuk Majalengka, KH Abdul Halim Burujul sering bolak balik ke Asromo, dan belajar ilmu hikmah ke Mbah Halim Asromo,” jelasnya.

Dan perlu diketahui sebut dia, jika sosok KH Abdul Halim Burujul tersebut, catatan sejarahnya pernah tercatat sebagai salah satu kiai yang melawan penjajah, saat pendudukan Jepang. Ketika ditangkap oleh serdadu Jepang, kemudian dipenjara, salah satu karomah yang dimilikinya yang bersangkutan tiba-tiba menghilang dari penjara dan sudah ada di pondok pesantrennya.

“Catatan lainnya yang ditemukan dari komunitas Muslim Mukim di Makkah itulah, terdapat lima orang ulama muda Jawa yang berkiprah dan perannya terbilang sangat menonjol di antara komunitas mukimin Jawa di Makkkah lainnya.

BACA JUGA:Menu Favorit Kartika Sari Bolen Beragam Varian Rasa Dapat Menarik Wisatawan

Kelima ulama muda tersebut juga terikat oleh hubungan persahabatan yang erat di antara mereka, dan intens melakukan diskusi bersama. Kelima sosok tersebut adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah dari Jombang, KH Abbas dari Buntet Cirebon,  KH Mas Mansur dari Surabaya, KH Abdul Halim Iskandar dari Majalengka dan KH Abdullah Abdul Aziz dari Surabaya,” tambahnya.

Dan menurut catatan KH Abdul Chalim, Kedung Leuwimunding salah satu muridnya KH Hasyim Asyari terungkap “setelah kepulangan mereka ke tanah air, mereka menjadi tokoh besar dalam sejarah Pembaharu dalam pergerakan Islam di Indonesia. Yaitu KH Abdul Wahab Hasbullah tercatat sebagai salah satu tokoh utama pendiri Nahdlatul Ulama (NU), kemudian KH Abbas Buntet, yang juga sebagai pembesar NU, KH Mas Mansur tercatat sebagai salah satu tokoh utama Muhammadiyah, sebagaimana halnya KH Abdul Halim Iskandar yang tercatat sebagai tokoh utama pendiri organisasi Persjarikatan Oelama (PO) dan Persatuan Umat Islam (PUI) yang berbasis di Jawa Barat”. (pai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: