KISAH Jusuf Hamka Merintis Bisnis Jalan Tol, Ternyata Dimulai dengan Cara Ini

KISAH Jusuf Hamka Merintis Bisnis Jalan Tol, Ternyata Dimulai dengan Cara Ini

Kisah Jusuf Hamka memulai bisnis jalan tol.-Jusuf Hamka/Ig-radarmajalengka.com

BACA JUGA:UPDATE! Kondisi Terbaru TOL CISUMDAWU, Bisa Selesai Akhir Mei?

Rupanya, itu menjadi peluang bagi dirinya untuk berinvestasi. Tentunya dengan keyakinan bahwa nantinya harga saham akan kembali.

“Karena perusahaan jalan tol ini go public, waktu itu habis reformasi harga saham itu bisa 10 kali di bawah pasarnya. Bahkan sampai Rp 200 - 300 perak. Mestinya biasa pasaran 3.000,” sebutnya.

Pengusaha dermawan yang kerap dipanggil Babah Alun itu mengungkapkan, di saat itu dengan uang yang dimiliki, akhirnya membeli beberapa saham di perusahaan jalan tol.

Bahkan, saham yang dibeli secara bertahap tersebut kemudian bisa sampai 12 persen. “Waktu itu, saya ada duit sedikit. Saya beli-beli juga. Terus saya sempat punya 12 persen,” bebernya.

BACA JUGA:Adanya Perbaikan Jalan, Jalur Cigasong-Talaga Macet

Namun, saat posisinya sebagai komisaris disingkirkan pada tahun 2022, akhirnya Jusuf Hamka berusaha untuk kembali membeli saham tersebut. Tapi ternyata sudah tidak ada.

Tiba-tiba, terjadi konflik internal di perusahaan tersebut. Para pemegang saham berkonflik. Di momen itu, Jusuf Hamka ditawari menjadi direktur utama.

“Saya ditawarkan, mau nggak jadi dirut. Saya bilang tugasnya ngapain. Lalau ditanya, lu berani nggak? Saya jawab: Saya kan orang tua tuh asli Kalimantan Timur, saya besar di Sungai Mahakam. Menghadapi Sungai Mahakam yang luas itu, ada buaya, pesut. Saya biasa berenang, berani kok. Masa ngadepin di darat nggak berani. Yang penting jangan suruh saya nyolong,” bebernya.

Akhirnya, Jusuf Hamka masuk dalam perusahaan tersebut. Saat pertama kali menjabat, komposisi pemegang saham ternyata mayoritas dimiliki oleh asing.

BACA JUGA:YUK LIHAT! Begini Kesiapan Bandara Kertajati Melayani Jemaah Haji Ciayumajakuningsusu

“Saya masuk di situ akhirnya. Waktu itu, saya lihat pemegang saham banyak asing, kurang lebih 38 sampai 40 persen,” tuturnya.

“Otak saya langsung traveling, bagaimana caranya asya bikin asing ini muntah sahamnya. Saya buat isu-isu yang membuat mereka keluar. Saya kumpulkan teman-teman komisaris agar kumpulkan uang untuk membeli saham,” tegasnya.

Setelah saham tersebut terbeli oleh para komisaris lainnya, disusun perjanjian bahwa mereka boleh menjual kembali dengan tawaran keuntungan 10 persen dalam 3 bulan.

“Tenyata mereka lebih tertarik dengan uang tunai. Akhirnya saya beli, ngutang juga. Begitu udah dipegang semua, sudah mayoritas. Alhamdulillah utangnya beres,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: