Antiklimaks! Mees Hilgers Gagal Pindah dari FC Twente Karena Telat Tes Medis, Gagal Susul Verdonk
Antiklimaks! Mees Hilgers Gagal Pindah dari FC Twente Karena Telat Tes Medis, Gagal Susul Verdonk-capture: ig @nusantara.ballers-radarmajalengka.com
BACA JUGA:Penemuan 5 Mayat Satu Keluarga di Indramayu Gegerkan Warga, Diduga Korban Pembunuhan Sadis
Penyebab gagalnya transfer Hilgers tak lepas dari masalah teknis yang muncul pada Deadline Day.
Waktu yang terbatas membuat persiapan administrasi dan terutama pemeriksaan medis tidak dapat dilakukan sesuai ketentuan.
Situasi ini membuat banyak pihak, termasuk suporter, merasa kecewa karena peluang melihat Hilgers berlaga di Ligue 1 harus tertunda.
"Stade Brest, yang aktif di Liga Champions musim lalu, melihat masa depan dalam bek muda itu (Mees Hilgers), yang menjadi pemain internasional Indonesia musim lalu," tulis De Telegraaf.
Sebelum proses ini dimulai, Hilgers bahkan telah memperpanjang kontraknya bersama FC Twente selama satu tahun sebagai salah satu syarat kelancaran transfer.
Namun, laporan berbeda datang dari jurnalis Jeroen Kapteijns. Ia mengonfirmasi bahwa kepindahan Hilgers ke Brest resmi batal.
"Transfer Mees Hilgers ke klub Prancis, Stade Brest, di menit-menit terakhir telah gagal. Kedua klub telah menyepakati pinjaman satu tahun dengan opsi pembelian, tetapi tidak ada cukup waktu untuk menyelesaikan pemeriksaan medis lengkap, sebagaimana diwajibkan oleh Asosiasi Sepak Bola Prancis," tulis unggahan Jeroen Kapteijns.
Faktor keterlambatan kedatangan Hilgers di Perancis menjadi kunci masalah.
Tes medis yang wajib dilakukan tak dapat diselesaikan, sementara aturan Ligue 1 menetapkan bahwa jendela transfer hanya terbuka hingga pukul 8 malam pada 1 September 2025.
Regulasi ini berbeda dengan Premier League yang memberi waktu hingga tengah malam, sehingga negosiasi di Inggris sering kali lebih fleksibel.
Kegagalan ini tentu menjadi pukulan bagi Hilgers, mengingat peluang tampil di Ligue 1 adalah kesempatan langka yang jarang datang dalam karier seorang pemain.
Meski begitu, peristiwa ini juga menunjukkan betapa ketatnya regulasi transfer di Eropa, di mana faktor waktu dan administrasi bisa menjadi penentu akhir sebuah proses besar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
