BACA JUGA:Dirjen PSKP ATR/BPN Tegaskan Kolaborasi Antar Lembaga Kunci Berantas Mafia Tanah
Karena ukuran partikel yang masuk atmosfer relatif kecil, meteor Geminid dipastikan akan habis terbakar di ketinggian puluhan hingga ratusan kilometer, sehingga tidak berpotensi jatuh ke permukaan bumi dan aman untuk diamati.
Wajib pakai teleskop? Justru cukup mata telanjang
Kabar baiknya, fenomena ini sama sekali tidak membutuhkan teleskop atau alat khusus.
Lembaga-lembaga astronomi internasional maupun pengamat di Indonesia justru menyarankan masyarakat mengandalkan mata telanjang agar bidang pandang lebih luas dan meteor lebih mudah terdeteksi.
Yang terpenting, pilih lokasi yang jauh dari lampu jalan dan cahaya kota, matikan lampu yang tidak perlu, dan beri waktu 20–30 menit agar mata beradaptasi dengan kegelapan.
Tahun ini, kondisi juga dinilai sangat mendukung karena fase Bulan berada pada sabit akhir yang relatif redup dan baru naik menjelang dini hari, sehingga cahaya Bulan tidak terlalu mengganggu kegelapan langit.
Meski berlangsung di tengah musim hujan, berbagai perkiraan cuaca menyebut peluang pengamatan masih terbuka di sejumlah wilayah jika awan menipis pada malam hari.
Karena itu, banyak pengamat langit menyebut Geminid tahun ini sebagai "peluang emas" terakhir sebelum pergantian tahun bagi masyarakat untuk menikmati salah satu hujan meteor terbaik di langit Indonesia.