Bakal Ada 95 Meteor per Jam! Hujan Meteor Geminid Siap Hiasi Langit Indonesia Tanggal 13–14 Desember 2025!

Sabtu 13-12-2025,12:41 WIB
Reporter : Miftah Nurohim
Editor : Miftah Nurohim

RADARMAJALENGKA.COM - Fenomena langit langka bakal menyapa Indonesia akhir pekan ini. Hujan meteor Geminid diprediksi mencapai puncaknya pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari, 13–14 Desember 2025, dan bisa disaksikan dari hampir seluruh wilayah Nusantara jika cuaca cerah.

Geminid dikenal sebagai salah satu hujan meteor teraktif di dunia, dengan laju teoritis hingga 100–120 meteor per jam di bawah langit yang benar-benar gelap tanpa gangguan cahaya.

Untuk kondisi Indonesia tahun ini, sejumlah pengamat lokal memperkirakan masyarakat bisa menyaksikan sekitar 95 meteor per jam dalam kondisi ideal, terutama di daerah yang jauh dari polusi cahaya dan cuaca bersahabat.

Kapan dan di mana bisa melihat Geminid?

BACA JUGA:KSP RI Verifikasi Lapangan KDMP Kasokandel, Serap Aspirasi untuk Penguatan Koperasi Desa

Secara global, hujan meteor Geminid aktif setiap tahun pada 4–20 Desember, dengan puncak aktivitas terjadi sekitar tanggal 13–14 Desember.

Di Indonesia, masyarakat disarankan mulai mengarahkan pandangan ke langit timur sejak sekitar pukul 22.00 WIB pada Sabtu (13/12), lalu terus mengamati hingga menjelang matahari terbit Minggu (14/12).

Seiring berjalannya malam, titik kemunculan meteor akan makin tinggi di langit sehingga jumlah meteor yang tampak juga meningkat.

Puncak terbaik biasanya terjadi setelah tengah malam hingga sekitar pukul 03.00–04.00 waktu setempat, selama awan dan hujan tidak menghalangi pandangan.

BACA JUGA:Baznas Majalengka Salurkan ZIS ke 234 Warga Sepanjang November 2025 Lewat Lima Program

Muncul dari rasi Gemini, asalnya dari asteroid

Sesuai namanya, hujan meteor Geminid tampak berasal dari arah rasi bintang Gemini di langit, yang berada di sekitar kawasan timur–timur laut pada malam hari.

Dari titik inilah meteor-meteor seolah "menyebar" ke seluruh penjuru langit.

Berbeda dengan banyak hujan meteor lain yang berasal dari sisa ekor komet, Geminid justru berasal dari serpihan batuan asteroid 3200 Phaethon.

Saat Bumi melintasi jalur debu dan pecahan kecil asteroid ini, partikel-partikel tersebut masuk ke atmosfer, bergesekan dengan udara, lalu terbakar dan tampak sebagai garis-garis cahaya yang sering disebut "bintang jatuh".

Kategori :