RADARMAJALENGKA.COM – Masalah banjir yang melanda Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, akibat luapan Sungai Cikamangi telah berlangsung hampir sepuluh tahun tanpa penyelesaian yang tuntas.
Camat Ligung, Abdul Ghoni SH MH, menegaskan bahwa penanganan banjir di Desa Leuweunghapit akibat luapan dari hulu sungai harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek dan melibatkan banyak pihak.
“Penanganannya harus melibatkan semua pemangku kepentingan. Tidak mungkin hal ini hanya ditangani oleh Pemerintah Desa Leuweunghapit atau Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Ligung saja,” ujar Abdul Ghoni, Senin, 20 Januari 2025.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan kajian terhadap penyebab utama banjir di wilayah tersebut. Salah satu faktor utama adalah keberadaan tambak limpas atau bendungan kecil di utara Sungai Cikamangi, tepatnya di Desa Ampel, Kecamatan Ligung.
BACA JUGA:PLTA Jatigede, Momentum Kemajuan bagi Sumedang, Majalengka, dan Indramayu
Menurutnya, tambak limpas tersebut memerlukan penanganan maksimal karena fungsinya penting bagi petani setempat, terutama saat musim kemarau.
“Tambak limpas atau bendungan kecil ini berfungsi untuk menampung air selama musim kemarau. Namun, ketika musim hujan tiba, bendungan ini justru menghambat aliran air, sehingga air tertahan dan meluap ke Blok Cikamangi di Desa Leuweunghapit,” jelasnya.
Selain itu, Abdul Ghoni mengungkapkan bahwa beberapa tanggul di sepanjang Sungai Cikamangi saat ini berada dalam kondisi memprihatinkan karena rusak atau jebol. Hal ini membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak.
“Untuk solusi jangka panjang, bendungan kecil ini perlu dibongkar agar dapat meminimalkan risiko banjir. Namun, keputusan ini juga dilematis karena bendungan tersebut sangat dibutuhkan oleh petani Desa Ampel saat musim kemarau,” tambahnya.
BACA JUGA:Makanan Bergizi Gratis Dibiayai dari APBD
Sebagai langkah jangka pendek, ia menyarankan normalisasi Sungai Cikamangi dan perbaikan tanggul yang rusak. Menurutnya, sejak beberapa dekade terakhir, perbaikan normalisasi sungai hanya dilakukan satu kali.
“Ketika air meluap, kami hanya bisa menambal beberapa titik tembok penahan tanah (TPT) yang jebol dengan karung. Persoalan utamanya adalah normalisasi sungai dan penanganan tambak limpas di Desa Ampel. Selama itu belum ditangani, kiriman air dari hulu akan terus menyebabkan banjir,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Leuweunghapit, Didi Suryadi SH membenarkan bahwa penyebab banjir di wilayahnya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Ia bahkan mengaku bosan dengan kunjungan petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan dinas terkait yang kerap melakukan survei tanpa tindak lanjut.
“Mereka datang, mengambil foto lokasi, lalu pergi tanpa ada langkah nyata. Kami juga bisa melakukan itu. Jujur saja, saya sudah sangat kesal dengan kondisi ini,” ungkap Didi dengan nada kecewa.
BACA JUGA:Pelaku Pengedar Sabu dan Ganja Kering Berhasil Dibekuk Polisi