Menjadi Tersangka Korupsi Timah, Eks Dirjen Minerba Langsung Ditahan

Kamis 30-05-2024,19:34 WIB
Reporter : Ahmad Denis Fayumi
Editor : Ahmad Denis Fayumi

RADARMAJALENGKA.COM - Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan Dirjen Minerba Kementerian ESDM periode 2015-2022, Bambang Gatot Ariyono, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi tata niaga timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah tahun 2015-2022. Bambang langsung ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka.

Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Kuntadi, mengatakan penahanan dilakukan untuk mempermudah pengusutan kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP PT Timah tahun 2015-2022.

BACA JUGA:Kejagung Tetapkan 6 Tersangka Mantan Pejabat PT Antam Kasus Korupsi 109 Ton Emas Antam

"Selanjutnya untuk kepentingan penyidikan yang bersangkutan kami lakukan penahanan selama 20 hari ke depan di Rutan Salemba cabang Kejaksaan Agung," kata Kuntadi dalam jumpa pers di Kejagung, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024).

Kuntadi menerangkan alasan penetapan Bambang karena diduga terlibat dalam upaya mengubah Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2019. Sebab, seharusnya dalam RKAB sebesar 30.217 metrik ton, diubah menjadi 68.300 metrik ton.

BACA JUGA:Ternyata Gaji yang Diterima Hansi Flick Lebih Kecil dan Hanya Separuh dari Gaji Xavi Hernandez di Barcelona 

"Yang bersangkutan dipersalahkan karena pada periode tahun 2018-2019 yang bersangkutan secara melawan hukum telah mengubah RKAP tahun 2019," ungkap Kuntadi.

"Perubahan ini sama sekali tidak dilakukan dengan kajian apa pun. Belakangan kita tahu, berdasarkan alat-alat (bukti) yang ada, perubahan tersebut dalam rangka untuk memfasilitasi aktivitas transaksi timah yang diproduksi secara ilegal," terangnya.

Total sudah ada 22 tersangka yang ditetapkan Kejagung sebagai tersangka dalam perkara ini. Mereka diduga saling bekerja sama dalam proses menjalankan bisnis timah ilegal.

BACA JUGA:Tantangan dalam Menemukan Sumber Motivasi Hidup

Terbaru, Kejagung menyebut berdasarkan hasil perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) nilai kerugian keuangan negara dalam kasus ini cukup fantastis yakni mencapai Rp 300,003 triliun.

Rinciannya yakni kelebihan bayar harga sewa smelter oleh PT Timah sebesar Rp 2,85 triliun, pembayaran biji timah ilegal oleh PT Timah kepada mitra dengan sebesar Rp 26,649 triliun dan nilai kerusakan ekologis sebesar Rp 271,6 triliun.

 

Kategori :