RADARMAJALENGKA.COM - Nama Ki Hadjar Dewantara sendiri bukanlah sembarang nama, ia merupakan salah seorang tokoh pelopor serta pionir di dalam dunia pendidikan Indonesia. Bahkan nama beliau dihargai pada saat momen Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2024.
Ki Hadjar Dewantara sebagai sosok yang punya peran penting dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, karena berkat beliau dunia pendidikan di Indonesia memiliki salah satu pijakan kuat serta landasan filosofis nya sendiri, berkat buah pemikiran dari seorang Ki Hadjar Dewantara yang melahirkan semboyan, yang hingga kini dipakai menjadi simbol dan lambang di instansi pendidikan seluruh Indonesia.
Semboyan itu berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Yang berarti seorang pendidik atau guru, di depan harus memberikan teladan, dan di tengah harus memberikan semangat, serta di belakang harus menuntun dan menunjukkan kepada murid ke arah yang benar. yaitu seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau panutan
Semboyan yang berasal dari buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini menjadikan sebuah arti bahwa, seorang pendidik atau guru memiliki peran penting dan krusial dalam mencerdaskan murid dan anak didiknya, karena guru merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
BACA JUGA:5 Fakta Menarik Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, Salah Satunya Terkait Semboyan Terkenal
Ki Hadjar Dewantara lahir 2 Mei 1889 dan wafat 26 April 1959, beliau memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, tapi sejak 1923 menjadi nama Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan seorang pelopor dan pionir serta aktivis dalam dunia pendidikan Indonesia, yang kiprah dan sepak terjang nya memiliki kontribusi yang besar untuk bangsa.
Taman Siswa, yaitu suatu lembaga pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, karena beliau lah sang pendirinya. Taman Siswa ini merupakan lembaga pendidikan yang memberikan akses pendidikan kepada warga pribumi untuk bisa mendapatkan akses dan hak-hak pendidikan seperti hal nya para priyayi atau orang-orang Belanda.
Beliau menamatkan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School. Sekolah ini merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang berasal dari Eropa. Dia sempat melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA, tetapi tidak diselesaikan dikarenakan kondisi kesehatannya yang buruk. Lalu beliau berkarir sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar. Dia pernah bekerja untuk surat kabar Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Dia tergolong salah seorang penulis yang handal pada masanya. Gaya tulisannya bersifat komunikatif dengan gagasan-gagasan yang antikolonial.
Berkat tulisannya yang antikolonial inilah, Ki Hadjar Dewantara sempat diasingkan oleh pihak Belanda bersama dua orang temannya yang bernama Tjipto Mangoenkoesoemo Douwes Dekker, dan kemudian tiga tokoh ini selanjutnya dikenal sebagai Tiga Serangkai, yang juga nanti mendirikan Indische Partij. Saat beliau diasingkan di Belanda bersama dua temannya, beliau menuntut ilmu dan akhirnya mendapatkan ilmu pendidikan berupa Europeesche Akta, yang menjadi cikal bakal beliau dalam mempraktikkan ilmu dan pendidikan di Indonesia, terutama dalam mendirikan Taman Siswa sebagai sarana lembaga pengajaran bagi kaum pribumi.
Kiprah Ki Hadjar Dewantara memanglah sangat banyak jasanya di dunia Pendidikan Indonesia, beliau lah sebagai seorang pelopor serta pionir dalam memajukan pendidikan yang inklusif hingga menjangkau ke semua lapisan, seperti hal nya Taman Siswa yang merupakan lembaga pengajaran yang beliau dirikan guna untuk mendidik kaum pribumi, yang sebelumnya tidak mendapatkan akses pendidikan sama sekali. Maka dari itu, Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai pahlawan nasional serta bapak pendidikan nasional Indonesia.