Pak Ogah bisa menempatkan diri sebagai “barisan massa”, bersuara sama, menyuarakan kebenaran massa. Disaat yang bersamaan, karena suaranya, dia mendapatkan keuntungan materi. Suaranya tidak tulus, suaranya adalah hasil transaksi. Tidak ada yang gratis didepan Pak Ogah, sekalipun untuk kebaikan bersama. Cepek dulu dong, sangat lekat diingatan kita, terutama generasi baby boomers.
BACA JUGA:INIKAH Lokasi Rest Area JALAN TOL CISUMDAWU yang Termegah? Ternyata Dekat dari Majalengka
BACA JUGA:BANYAK BANGET! Bore Pile Dikerahkan ke Lokasi Longsor TOL CISUMDAWU Banas Banten, Lihat
Kita berharap gerakan nitizen menjadi pupuk yang menyemaikan bibit- bibit baru penyelenggara negara yang baik. Disanalah tiang pancang negara ditegakkan. Mengutip karya AA Navis, kita tidak ingin surau kami bernama Indonesia, sebagai tempat kumpulan ibadah, tiba tiba berubah menjadi tempat bermain anak- anak karena tiada yang merawat surau itu sebagaimana fungsinya.
Kita tidak ingin pajak kita roboh, karena ulah Pak Raden dan Pak Ogah. Kita berharap Si Unyil sebagai penerus menjelma menjadi sosok kian dewasa.
Akhiri semua pernyataan untuk menolak membayar pajak. Apakah sanggup jika maling berkeliaran, rampok berkeliaran, lalu polisi ogah menangkap karena tiada ongkos penyelenggaraan ketertiban sosial? Apakah sanggup menghadapi kenyataan tiba-tiba ada bencana, lalu negara diam saja, membiarkan rakyatnya nestapa karena tiada ongkos pada APBN? Apakah sanggup tiada subsidi BBM, beras, listrik, layanan berobat, dan lain lain dihentikan karena negara tidak ada anggaran?
Kita beri kesempatan Sri Mulyani bersih-bersih kedalam, menjewer anak anaknya. Kita butuh menguatkannya, jangan biarkan dia sendiri. Sosoknya sebagai seorang Ibu di Kemenkeu sesungguhnya sangat disegani. (*)
Oleh: MH Said Abdullah
BACA JUGA:MANTAP! Penampakan Terbaru TOL CISUMDAWU di Jembatan Conggeang, Hampir Tersambung ke Arah Majalengka