MAJALENGKA - Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap para tukang pijat. Seorang pemijat tuna netra asal Desa Cibodas Kecamatan Majalengka, Esih Sukaesih (38) mengakui adanya wabah Covid-19 mengakibatkan jadwal layanan pemijatan menurun drastis. “Biasanya dalam sehari itu ada empat orang yang antre untuk dipijit, tapi dengan adanya pandemi ini menurun hanya satu atau dua orang saja dalam sehari,” keluh Esih kepada Radar kemarin. Diakui ibu dua anak ini, dirinya hanya melayani pemijatan untuk kaum perempuan saja. “Meskipun hanya diminta untuk pijit bagian kepala saja, saya tidak bersedia mijit pria,” ujarnya. Esih menjelaskan, kerap dipanggil untuk datang langsung ke rumah yang akan dipijat. Dibantu jasa tukang ojek dirinya melayani pijat dengan ongkos ojek ditanggung pemesan. “Biasanya waktu mijit itu sekitar 1-1,5 jam, tergantung kondisi pasien. Jasa pijat minimal Rp50 ribu plus ojek Rp25 ribu, tergantung kebaikan yang dipijat,” ujarnya. Esih belajar pijat dari suaminya yang juga tuna netra bernama Oman Abdul Rohman (43). Penuturan Oman, awalnya mengajari istri memijat untuk bisa memijatnya bila dalam kondisi kelelahan. “Tapi ternyata banyak permintaan kaum hawa yang minta dipijat, sehingga kalau ada pasien perempuan bagian istri yang menangani,” beber bapak dua anak yang juga pandai bermain alat musik kendang dan gong ini. Untuk melayani permintaan pelanggannya, dirinya memiliki tukang ojek langganan yang mengantar pergi pulang. (ara)
Karena Covid-19, Permintaan Pijat Menurun
Sabtu 03-10-2020,10:35 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :