Kalami Al-Mizan Peduli Literasi

Senin 06-07-2020,12:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

MAJALENGKA – Keluarga Alumni Al-Mizan (Kalami) berkolaborasi dengan Yayasan Al-Mizan Jatiwangi menginisiasi kegiatan literasi santri, Jumat (3/7). Kegiatan berlangsung di Aula Pertiwi Al-Mizan Kecamatan Jatiwangi dengan menerapkan protokol kesehatan penanganan Covid-19. Kegiatan literasi disiarkan langsung melalui live streaming Facebook di akun Al-Mizan Jatiwangi. Bertemakan Literasi Santri di Era Digital, santriwan-santriwati Al-Mizan belajar tentang pentingnya kegiatan menulis dan membaca. Minimnya minat baca masyarakat Indonesia di tengah berkembangnya teknologi digital dan penggunaan internet menjadi bukti jika kegiatan literasi di era digital penting dilakukan. Ketua Kalami, Dodi Jaya SPd mengatakan kegiatan literasi santri dibuka Direktur Pesantren Al-Mizan Gus Mar’i Muhammad Hadiq. “Literasi sangat erat kaitannya dengan santri karena sebenarnya sudah diajarkan di pesantren. Misalnya saja dalam ilmu hadits diajarkan kita tidak bisa menerima hadits yang asal disampaikan oleh seseorang namun diajarkan untuk memverifikasinya terlebih dahulu, ” ujar Gus Hadiq. Bedah buku “Catatan Rindu untuk Pondok Pesantren Al-Mizan”, pelatihan menulis artikel populer, dan pelatihan pengelolaan website merupakan inti kegiatan yang dipandu oleh Laelatul Azizah (alumni 2012) selaku moderator. Bedah buku diisi oleh Robiatul Adawiyah (alumni 2013) selaku inisiator dari project #KALAMIMenulis. Buku catatan rindu merupakan buku yang dipersembahkan Kalami untuk menyatakan kerinduannya terhadap Al-Mizan. Pelatihan menulis artikel populer disampaikan oleh Fitri Kinasih Husnul Khotimah (alumni 2012). Pelatihan pengelolaan website diisi oleh Muadz Mutakhir (alumni 2012) yang ahli dalam pengelolaan media digital. Saeful Adha (alumni 2013) dan Mahfudin (alumni 2014) juga mempersembahkan musikalisasi puisi dengan diiringi musik tradisional karinding yang menambah semarak acara. “Kunci menulis adalah konsiten menulis dan membaca. Biasakan saja dulu untuk terus latihan menulis dan membaca hingga akhirnya terbiasa dan bisa menghasilkan tulisan yang layak untuk dibaca,” ujar Fitri. Hal serupa juga disampaikan oleh Robiatul Adawiyah atau yang lebih akrab disapa Teh Nok, “Jangan berhenti membaca, mari saling bertukar cerita dan mengabadikannya dalam tulisan penuh makna,” ujarnya. (ara)

Tags :
Kategori :

Terkait