Upah Buruh Tinggi, Petani Cari Warga Indramayu

Rabu 08-01-2020,10:45 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

MAJALENGKA - Para petani di Majalengka mengeluhkan upah buruh tani yang semakin tinggi. Sementara tidak sebanding dengan harga jual gabah yang terus merosot. Akibatnya banyak petani padi yang merugi. Menurut petani padi asal Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh, Taofik Hidayat mengatakan, pada musim tanam, buruh tani baik laki-laki maupun perempuan minta kenaikan upah kerja. Untuk buruh perempuan tanam padi atau tandur yang semula hanya Rp 50 ribu untuk setengah hari, kini naik Rp10 ribu atau menjadi Rp60 ribu per setengah hari. Sedangkan buruh laki-laki untuk mencangkul yang semula hanya Rp80 ribu per setengah hari kini naik menjadi Rp100 ribu per setengah hari. Sedangkan upah mentraktor yang semula hanya Rp1 juta per hektare kini upah sebesar itu hanya untuk 500 bata atau setengah bau. Karena mereka minta upah dengan tarif Rp2 ribu per bata. Belum lagi pada saat panen, pemilik sawah masih harus membagi hasil dengan pekerja panen dengan bagian seper enam atau tergantung kesepakatan. \"Biasanya di daerah kami 1 kilogram untuk pekerja panen dan 5 kilogram untuk pemilik sawah. Itupun jika mereka mau, karena terkadang buruh panen enggan ikut memanen jika kondisi padi kurang baik. Alasannya tidak sebanding dengan penghasilan atau gabah yang dipanen,\" katanya. Kenaikan upah buruh itu, tentu saja membuat Taofik kaget. Ketika para pekerja selesai bekerja, mereka meminta upah dimuka dengan harga Rp60 ribu per setengah hari. Jika menolak menaikan upah, maka tidak akan ada yang mau bekerja. Sementara itu, menurut petani lainnya, Warsan kenaikan upah ditambah harga pupuk dan obat-obatan yang juga mahal, petani padi semakin merugi. Apalagi jika harga gabah petani terus merosot. Bahkan, buruh panen maupun tandur pun terkadang sulit diperoleh walaupun mereka sebetulnya akan mendapatkan bagian gabah dari hasil yang diperolehnya. Warsan dua kali ditolak buruh panen karena mereka tidak bersedia memanen padinya. “Jadi sekarang buruh panen itu kalau diajak memanen, sorenya mereka melihat dulu kondisi padi yang akan dipanen. Kalau bulir padi terlihat kecil apalagi banyak yang hampa mereka datang ke rumah membatalkan,” imbuhnya. Untuk sekarang banyak petani yang mencari buruh panen ke wilayah Indramayu. Pasalnya buruh panen Indramayu tidak banyak permintaan dan nilai upahnya masih relatif lebih rendah. Namun itu juga harus berebut dengan yang lain. “Kemarin pada saat musim panen, paman saya nyari pekerja hingga ke Bulakamba dan Terisi, Indramayu, karena warga setempat tidak bersedia memanen karena semua rebah,” ungkapnya. Agar petani tidak terus mengalami kerugian, para petani berharap, pemerintah bisa menaikan harga dasar penjualan gabah. Bulog juga bisa segera menyerap gabah ketika harga di tingkat petani benar-benar anjlok. (ono)  

Tags :
Kategori :

Terkait