Enam Desa Endemis DBD, Ini yang Dilakukan Puskesmas Sumberjaya
ilustrasi nyamuk dbd-dok-Radarmajalengka.com
MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM – Memasuki musim hujan, Dinas Kesehatan melalui seluruh Puskesmas terus mengantisipasi munculnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Tak terkecuali di wilayah Kecamatan Sumberjaya yang merupakan daerah endemis.
Kepala Puskesmas Sumberjaya, dr. Nurmansudy, mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan penyuluhan kepada masyarakat, baik di puskesmas maupun kepada seluruh kepala desa, agar mereka memiliki kewaspadaan dini, terutama dalam upaya pencegahan munculnya jentik nyamuk Aedes aegypti.
“Lebih baik melakukan pencegahan daripada menunggu adanya kasus baru untuk kita tangani. Kami sudah melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan pemerintah desa. Desa siaga harus digalakkan kembali,” kata dr. Nurman saat ditemui di Puskesmas pada akhir pekan Jumat 22 November 2024.
Pria berkacamata ini mengungkapkan bahwa penggalakan desa siaga bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam segala hal, terutama di sektor kesehatan.
BACA JUGA:Ransel: Tas Praktis untuk Aktivitas Sehari-hari
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada tindakan fogging. Pasalnya, upaya pencegahan DBD di sejumlah daerah lebih efektif dengan menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
“Karena sampai saat ini, masih ada anggapan bahwa fogging adalah satu-satunya cara untuk mengantisipasi DBD. Padahal, pemberantasan sarang nyamuk adalah langkah pencegahan yang sesungguhnya,” jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa Sumberjaya merupakan daerah endemis DBD. Di wilayah tersebut, terdapat enam desa yang harus terus diwaspadai, yaitu Paningkiran, Panjalin Kidul, Panjalin Lor, Bongas Kulon, Bongas Wetan, dan Lojikobong.
Meski demikian, pihaknya menegaskan bahwa pencegahan DBD tidak hanya dilihat dari jumlah kasus, tetapi dari bagaimana cara mencegahnya. Kebiasaan masyarakat yang cenderung tidak melakukan PSN menjadi salah satu penyebab tingginya risiko DBD.
BACA JUGA:Ateng Sutisna Sosialisasi 4 Pilar Bangsa
"Penyelidikan Epidemiologi (PE) sudah kami lakukan. Namun, partisipasi aktif masyarakat lah yang mampu menekan angka kasus hingga mencapai zero melalui PSN yang belum dilaksanakan secara optimal," tegasnya.
Puskesmas, kata Nurman, telah melakukan upaya sosialisasi dan penyuluhan, baik melalui bidan desa terkait bahaya DBD. Pihaknya mengklaim sudah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan yang ada.
Fogging bukanlah solusi utama dalam pencegahan DBD, melainkan masyarakat yang harus berperan aktif dalam PSN di lingkungan masing-masing.
"Kuncinya adalah 3M Plus. Kita membutuhkan dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat untuk bersama-sama menggalakkan PSN. Munculnya DBD seringkali dipicu oleh lingkungan yang tidak terjaga, seperti saluran air yang kurang baik dan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan," terangnya.
Dia juga menekankan bahwa penanganan DBD memerlukan pendekatan lintas sektor. Peran aktif masyarakat sangat penting dalam menjaga lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: