Caleg DPR RI Heru Subagia Tekankan Pentingnya Poros Peradaban Berbasis Ilmu Pengetahuan

Caleg DPR RI Heru Subagia Tekankan Pentingnya Poros Peradaban Berbasis Ilmu Pengetahuan

Caleg DPR RI Heru Subagia Dapil Jabar 8 yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten dan Kabupaten Indramayu untuk Pemilu 2024--

RADARMAJALENGKA.COM-Heru Subagia, asli putra Magelang yang telah menyatu dengan Cirebon ini menjadi salah satu calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI Dapil Jabar 8 dari Partai Amanat Nasional yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten dan Kabupaten Indramayu untuk Pemilu 2024, menunjukan kepeduliannya terhadap cagar budaya, peninggalan para leluhur dan adat tradisinya.

Diketahui bahwa, belum lama ini Caleg DPR RI Heru Subagia melakukan kunjungan spiritual di Situs Bojong Galuh Karangkamulyan.

Situs Bojong Galuh Karangkamulyan dikenal sebagai salah satu Petilasan Kerajaan Galuh yang sarat sejarah. Di lokasi ini terdapat beberapa situs peninggalan pada masa Kerajaan Galuh.

BACA JUGA:Jalan Purba Penghubung Majapahit-Galuh Ini Ada Punden Berundak Mengarah Kiblat

"Saya habis kunjungan di Kota Banjar menemui para relawan Ganjar Pranowo (RGP)2024 untuk konsolidasi target memenangkan Ganjar-Mahfud di Kota Banjar. Lalu, mampir ke Situs Bojong Galuh Karangkamulyan," ungkapnya saat ditemui di kawasan Situs Bojong Galuh Karangkamulyan, Minggu (5/11).

Menurut Heru, sebagai generasi yang memiliki trah Mataram Kuno. Ia menilai bahwa Kerajaan Mataram Kuno mampu melakukan perluasan wilayah dan menjadi pusat pembelajaran agama Hindu.

"Saya banyak membaca literasi dan berita sejarah di berbagai portal. Situs Bojong Galuh Karangkamulyan ini terdapat jalan setapak Majapahit-Galuh di masa peralihan masa Hindu-Buddha. Saya penasaran ingin menelusuri jalan kuno itu," katanya.

Bangsa Romawi kuno, imbuh Heru adalah pembangun terkenal. Mereka meninggalkan banyak jembatan, kanal, jalan berlapis batu, dan mahakarya teknik lainnya di seluruh Kekaisaran Romawi. 

"Namun, leluhur bangsa ini tidak kalah dengan bangsa Romawi Kuno dalam membangun jalan. Terbukti di kawasan hutan luas ini ditemukan jalan setapak kuno yang menghubungkan Majapahit dan Galuh. Tanpa mereka, generasi bangsa saat ini tidak akan pernah mengetahui betapa leluhur-leluhur bangsa ini telah meninggalkan monumen sejarah dengan pembangunan jalan," bebernya bersemangat.

BACA JUGA:Adipati Panaekan Menyerang VOC di Batavia Berujung Tragis, Makamnya di Kawasan Hutan Seluas 25,5 Hektar

Kunjungan spiritual saat ini bagi Heru sebagai salah satu bentuk konkret untuk melestarikan budaya. “Ini adalah tradisi nenek moyang yang wajib hukumnya dilestarikan,” tegasnya.

Dituturkan Heru, sebagai orang yang dilahirkan di Magelang, tak jauh dari mahakarya leluhur yang menjadi pusat peradaban dunia, Candi Borobudur. Dirinya tidak boleh menutup mata terhadap sebagian adat dan budaya nusantara lainnya di pelosok daerah hanya karena sudah menjadi orang yang tinggal di kota besar.

Ia menambahkan pertemuan peradaban Nusantara dan Barat yang tidak seimbang karena penjajahan telah menimbulkan berbagai persoalan, termasuk dalam mengonstruksi pengetahuan. Semestinya kekayaan budaya bangsa dijadikan basis untuk menggali pengetahuan dan menumbuhkan peradaban.

Heru menyebutkan, pertemuan peradaban itu juga berdampak psikologis. Secara mentalitas, masyarakat terjajah merasa rendah diri dan menganggap pengaruh dari luar lebih baik sehingga harus diikuti.

”Semestinya peradaban yang tumbuh di bangsa kita berbasis pada kebudayaan sendiri. Dengan begitu, bangsa Indonesia tegak lurus di hadapan bangsa lain sebagai sosok yang mandiri dan berdaulat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: