Asal Tongkat Kaboa Gus Deni Sagara Ada Mistis Prabu Siliwangi Tilem di Hutan Sancang
--
RADARMAJALENGKA.COM-Iteuk adalah bahasa Sunda yang berarti tongkat dan bahannya dari kayu Kaboa hutan Sancang.
Demikian penuturan Gus Deni Sagara saat ditemui usai silaturahmi Ganjar Pranowo di rumah sesepuh Ponpes Cipasung KH Koko Komarudin Ruhiat, Selasa (10/10).
"Tongkat istimewa ( iteuk kaboa ) dari Kasepuhan di Sancang, Garut Selatans. Tasbih istimewa dari berkah khidmah guru mulia di Jawa Tengah, dan batu merah putih berkah ziaroh langsung dari makam Bung Karno di Blitar," ungkapnya.
BACA JUGA:Ganjar Pegang Tasbih Hijau-Biru dan Tongkat Iteuk Kaboa, Gus Deni Sagara: Simbol dan Isyaroh
Saat mendengar kata ‘kayu Kaboa’ banyak orang yang langsung teringat dengan Leuweung Sancang, sebuah kawasan hutan lindung di Selatan Kabupaten Garut.
Tanaman berakar kuat ini menghiasai sejumlah bibir pantai dan rawa-rawa yang ada di Leuweung Sancang. Salah satunya, bisa dijumpai di Pantai Karanggajah, Sancang.
Tanaman ini berdiri tegak menghalau deburan ombak yang menepi. Rindangnya dedaunan berwarna hijau muda menambah daya tarik tanaman yang satu ini.
Berdasarkan jurnal berjudul Legenda-legenda Keramat di Kawasan Sancang Kabupaten Garut karya Rosyadi yang dipublikasikan ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id pada tahun 2013, kaboa diketahui memiliki nama latin Dipterocarpus gracilis.
"Pohon kaboa (Dipterocarpus gracilis), suatu tumbuhan yang mempunyai sejarah," tulis Rosyadi.
Tanaman ini diklaim hanya tumbuh di hutan Sancang. Entah berbeda nama atau memang benar tak bisa tumbuh selain di Sancang, namun yang jelas warga setempat percaya jika kaboa hanya ada di hutan secara administratif terletak di Kecamatan Cibalong ini.
Terlepas dari hal tersebut, kaboa bukan tanaman sembarangan. Sebab, kaboa dipercayai merupakan bagian dari Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran yang tilem (menghilang) di Leuweung Sancang.
Konon kabarnya, Prabu Siliwangi saat itu sempat menancapkan tongkat dari kaboa, sebelum dia berubah wujud menjadi maung alias harimau kala dikejar anaknya, Prabu Kian Santang untuk diislamkan.
Mitos tersebut sangat dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Bahkan, hingga saat ini tanaman kaboa disakralkan oleh warga.
'Banyak yang mempercayai jika kayu Kaboa memiliki khasiat dalam hal spiritual seperti dapat memberikan perlindungan dan keselamatan dari berbagai gangguan lahir dan batin, keberuntungan dan kemakmuran bagi pemiliknya, memberikan kepercayaan diri dan kewibawaan, memberikan kekuatan fisik dan menta," ungkap Ketua RGP2024, Heru Subagia saat menemui Gus Deni Sagara di Ponpes Cipasung.
Menurutnya, Hal tersebut tak lain karena kayu kaboa diyakini memiliki energi gaib dan bertuah yang kuat dari harimau gaib yang bersemayam di dalamnya.
Terlepas dari mitosnya itu, Heru menambahkan pohon kayu Kaboa yang tumbuh di bibir pantai Leuweung Sancang memiliki akar kuat yang bisa menjaga mencegah terjadinya abrasi pantai.
"Oleh karena itulah pohon ini harus dijaga keberadaanya mengingat Kaboa menjadi salah satu pohon langka yang harus dilestarikan agar generasi berikutnya tetap bisa melihat secara langsung bentuk dari pohon yang diselimuti banyak mitos," pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: