Air Mata Soekarno, Titik Awal Malapetaka Rakyat Aceh
Soekarno -(Sumber: Commons Wikimedia)-radarmajalengka.com
BACA JUGA:Persekutuan Aneh Leluhur Manusia dengan Bangsa Jin, Sumia Diciptakan Sebelum Nabi Adam
Dengan air mata buaya, Soekarno menolak menandatangani surat tersebut. Tak ingin melukai hati Soekarno,Tengku Daud Beureh pun mempercayai Soekarno.
“Saya tidak ragu saudara Presiden. Sekali lagi, atas nama rakyat Aceh saya terima kasih atas hati Saudara Presiden,” begitu ungkapan Tengku Daud.
Tak hanya itu, sebelum Soekarno berpamitan, seluruh hadirin yang ada di lokasi segera mengumpulkan emas dan uang. Emas dan uang itu untuk diberikan kepada Soekarno sebagai bekal perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Rakyat Aceh merogoh saku dan mencopot perhiasan yang ada di tubuh mereka. Begitu tingginya semangat untuk berkorban, hingga konon terjadi antrian para donatur.
BACA JUGA:Warisan Ilmu Hitam, Ciri-ciri Terkena Jin Nasab dan Bagaima Cara Mengusirnya
Baik orang kaya maupun rakyat biasa, di beberapa masjid dan pusat pemerintahan Kotaradja (sekarang Banda Aceh). Antrian rakyat Aceh panjangnya sampai ratusan meter.
Beberapa jam kemudian terkumpulah dana sebesar 120.000 straits dollar ditambah 20 kg emas. Dengan modal tersebut, Indonesia berhasil membeli RI-001 Seulawah (Gunung Emas), pesawat kepresidenan pertama dalam sejarah Indonesia.
Namun bukannya merealisasikan janjinya, Soekarno malah mengingkari. Dengan sengaja Soekarno melebur wilayah Aceh menjadi bagian dari Sumatera Utara. Tujuannya supaya tak ada penerapan syari'at Islam di Aceh.
Demikianlah mengapa cuitan Pejantan itu meyebut bahwa airmata Soekarno adalah sumber malapetaka bagi Rakyat aceh. Hal Ini tak lain karena setelah itu Rakyat Aceh kehilangan kekayaannya.
BACA JUGA:Seandainya Tan Malaka Bersedia Baca Teks Proklamasi, Inilah Fakta yang Belum Banyak Diketahui
Selain itu juga kehilangan hak dan kedaulatannya untuk menerapkan syari'at Islam yang telah lama mereka jalankan.
Yang perlu digarisbawahi, bantuan dari Rakyat Aceh itu benar-benar nyata. Selain itu juga efektif membantu eksistensi pemerintahan Indonesia yang saat itu tengah bangkrut akibat blokade ekonomi dari Belanda. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: