Tradisi, Putridalem Gelar Haul Kabuyutan Mapag Cai Kahuripan

TRADISI: Warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka menggelar haul kabuyutan mapag cai kahuripan dengan 1.000 air doa di Pemakaman Embah Buyut Jago-istimewa-Radarmajalengka.com
JATITUJUH, RADARMAJALENGKA.COM - Ratusan warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka menggelar haul kabuyutan mapag cai kahuripan dengan 1.000 air doa di Pemakaman Embah Buyut Jago, sebuah makam keramat yang diyakini warga pendiri Desa Putridalem.
Acara yang biasa digelar setiap tahunnya di awal bulan Juli itu karena beralasan bahwa desa tersebut didirikan di bulan Juli oleh Embah Buyut Jago.
Ratusan warga berangkat beriringan dari kantor balai Desa setempat, mengelilingi desa sambil membawa 1.000 botol air dari sumur dan mata air yang ada di desa tersebut.
Selain membawa air juga membawa aneka makanan baik makanan ringan maupun makanan berat.
Warga berkeliling desa diiringi tabuhan marawisan atau tabuhan genjring yang dilakukan laki-laki dan perempuan hingga tiba di Kabuyutan Embah Buyut Jago.
BACA JUGA:Innalilahi, Jamaah Haji Majalengka Wafat di Tanah Suci
Di makam tersebut semua warga, tokoh agama, tokoh masyarakat juga pemuda berdoa bersama, memohon agar diberikan keselamatan serta apa yang menjadi keinginan warga bisa terkabul.
Sebanyak 1.000 air doa yang dibawa dan telah dibubuhi bunga dibawa pulang yang diharapkan air doa membawa keberkahan serta semua warga terhindar dari bencana.
Kepala Desa Putridalem, Endah Endarwati mengungkapkan, kegiatan haul kabuyutan mapag cai kahuripan ini biasa digelar setiap tahun sejak zaman dahulu dan dilakukan hingga sekarang.
“Intinya adalah mendoakan terhadap pendiri Desa Putridalem, serta memohon agar semua warga desa terhindar dari bencana, namun diberikan limpahan Rizki yang berkah serta semua harapan warga bisa tercapai,” tutur Endah.
BACA JUGA:Protes Bupati Tidak Hadir dalam Rapat Paripurna, Fraksi Karya Demokrat pun Tidak Hadir
Warga berkeliling kampung sambil membawa air dan diiringi musik genjring sebelum ke Pemakaman Embah Buyut Jago adalah ingin menunjukan bahwa warga desa itu ada, serta peduli pada tradisi leluhur.
Sedangkan filosofi 1.000 air doa menurut Endah, menunjukan warga desa semakin guyub dan memiliki jalinan yang kuat, dan air yang ada selalu membawa berkah.
“Air ini nanti dibagikan kepada warga,” katanya.
Sementara itu salah seorang tokoh masyarakat Kabupaten Majalengka H Sutrisno SE MSi yang hadir pada acara tersebut mengatakan, apa yang dilakukan masyarakat Desa Putridalem adalah wujud penghormatan pada leluhurnya.
“Menyambung silaturahim yang telah diperbuat oleh leluhurnya,” kata Sutrisno.
Namun menurutnya apa yang utama dilakukan kepala Desa Putridalem adalah membangkitkan semangat kegotong-royongan, semangat kebersamaan dan itu adalah salah satu nilai-nilai dasar dari pancasila yang sekarang semakin terdegradasi atau semakin tipis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: