Spiritualitas dan Rasionalitas Pajak

Spiritualitas dan Rasionalitas Pajak

MH Said Abdullah--

RADARMAJALENGKA.COM - Sejak mencuat aksi brutal Mario Dandy anak mantan pejabat Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo (RAT), publik dunia maya atau nitizen dibuat geram.

Apalagi seakan Polres Jakarta Selatan saat itu tidak gerak cepat (gercep), dan muncul kesan poco-poco. Keadaan ini memicu nitizen rame-rame posting melakukan pembelaan terhadap David yang menjadi korban kekerasan Mario. Sudah tepat kini Polda Metro DKI Jakarta mengambil kasus ini dari Polres Jakarta Selatan.

Berbagai postingan nitizen mengikuti aksi arogan Mario Dandy bermotor di jalanan ibukota, hingga nitizen menjadi detektif partikelir menginvestigasi berbagai kekayaan dan aksi flexing keluarga RAT. “Aksi massa” di media sosial ini makin berkembang, menemukan banyak aksi flexing para pejabat di Ditjen Pajak dan Bea Cukai.

Menyadari situasi yang berkembang bergeser menjadi urusan publik, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dengan cepat memberikan respon. Bu Menteri tidak menginginkan situasi kian kontra produktif buat citra hingga merusak kinerja Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

BACA JUGA:JALAN JADI JEMBATAN, Melihat Lokasi Longsor TOL CISUMDAWU di Seksi 5B yang Disorot Menteri Basuki Hadimuljono

BACA JUGA:MUNDUR LAGI! Target TOL CISUMDAWU Selesai Berubah Jadi 15 April, Tepat Sebelum Lebaran

Ia mencopot RAT, dan meminta klub moge di Ditjen Pajak dibubarkan. Bahkan serangkaian pemberian hukuman  kepada ratusan pelaku fraud di Kemenkeu. Namun serangkaian tindakan ini seolah belum memuaskan nitizen. Pernyataan menolak membayar pajak mulai dikumandangkan  beberapa pihak. 

Kita patut khawatir bila aksi ini membesar dan tidak boleh membesar, sebab amat membahayakan kelangsungan penyelenggaraan negara dan pembangunan. Sebagai gambaran, penerimaan pajak dan cukai pada tahun 2019 menyumbang 77% dari total pendapatan negara.  

Pada masa pandemi covid19, tahun 2020 pajak dan bea cukai masih menyumbang 78% pendapatan negara, dan tahun 2021 mencapai 77%. Tahun lalu penerimaan pajak tembus 115,6% dari target, sedangkan bea dan cukai mencapai 106,3%, sehingga pajak dan cukai menyumbang 100,3% dari total pendapatan negara. Negara bisa runyam bila pendapatan pajak drop karena aksi tolak bayar pajak.

Karenanya  sebagian yang menghendaki menolak membayar pajak perlu diteduhkan gejolak hatinya, diajak bernalar kembali dengan jernih.

BACA JUGA:Alumni Himpunan Mahasiswa Majalengka Keluarkan Sikap

BACA JUGA:INIKAH Lokasi Rest Area JALAN TOL CISUMDAWU yang Termegah? Ternyata Dekat dari Majalengka

Nitizen yang teriak lantang menolak membayar pajak ini seperti pemeran Si Unyil. Meski bertahun tahun serial ini ditayangkan, sosok Si Unyil tidak tumbuh besar, Unyil dalam serial Si Unyil tetap saja anak anak, tidak tumbuh menjadi remaja apalagi dewasa. Meski tidak tumbuh dewasa, namun pada dasarnya Si Unyil adalah anak dengan kepribadian baik. Cuma belum memiliki artikulasi yang dewasa, layaknya kepribadian orang dewasa. 

Lain lagi dengan sosok Pak Raden pada serial Si Unyil. Kita perlu nasehat bijak seperti Pak Raden. Wawasan Pak Raden yang luas bagaikan samudera ilmu. Jagad maya perlu sosok Pak Raden. Namun nitizen juga harus paham kelakukan Pak Raden. Dibalik sosoknya yang bijak dan berpengetahuan luas, mentalitas sakit encok Pak Raden ini jangan ditiru. Dibalik nasehat bijaknya, giliran diajak bekerja menjalankan petuah petuahnya, Pak Raden ini sering tiba tiba sakit encok. Sakit encok menjadi jurus ampuh Pak Raden untuk mlipir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: