Sifat Skeptis Secara Positif
Febrinna Marchy--
RADARMAJALENGKA.ID - SKEPTIS adalah istilah yang cukup sering kita dengar. Kata ini merujuk pada mereka yang memiliki sikap mencurigai atau mempertanyakan suatu hal karena menyakini suatu hal tersebut bersifat tidak pasti. Dari sudut pandang ilmu filsafat, skeptis adalah suatu sikap meragu terhadap sesuatu informasi ataupun pengetahuan yang telah diwariskan kepada umat manusia selama ini. Berbagai ilmu yang tertulis di masa lampau dianggap bukan sesuatu hal yang pasti.
Skeptis adalah kurang percaya atau ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya). Skeptis berasal dari kata skeptisisme, yaitu aliran atau paham yang memandang segala sesuatu tidak pasti atau meragukan dan mencurigakan.
Seorang dengan sikap skeptis memperlihatkan bahwa ada pengetahuan yang diperkirakan hanya sekadar keyakinan atau dogma belaka. Kendati sering dikaitkan dengan sikap negatif, skeptis juga bisa memiliki sisi positif. Skeptis mempertanyakan sesuatu dengan berargumen secara terstruktur untuk menimbulkan keraguan agar memperoleh penjelasan yang memadai dan akurat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa skeptis adalah sikap mempertanyakan segala sesuatu. Orang dengan sikap ini cenderung meragukan apa yang ia terima. Sikap ini memiliki kelebihan tersendiri, seperti rasa ingin tahu yang tinggi, menularkan pengetahuan dan pandangannya kepada orang lain, melahirkan diskusi dan interaksi, dan memunculkan banyak pandangan sebagai pembanding terkait suatu pengetahuan dan informasi.
Sikap yang satu ini memiliki lima jenis dengan karakteristik berbeda-beda. Berikut jenis-jenis dari skeptisisme yang dapat terjadi.
BACA JUGA:Waspada Potensi Cuaca Dinamika Atmosfer
Dogmatic skepticism
Jenis skeptisisme ini menganggap bahwa segala sesuatunya tak ada yang dapat diketahui. Tidak ada kebenaran yang pasti dan sejati menyangkut semua hal sebab pandangan manusia selama ini merupakan sebuah kekeliruan besar.
Pyrrhinian skepticism
Tidak akan mungkin sesuatu itu bersifat pasti. Individu yang bijaksana hendaknya menjauhi untuk segera memberikan penilaian terhadap suatu hal teoritis.
Empiricist foundationalism
Tidak ada pengetahuan yang pasti. Hanya indera manusia yang mampu memberikan bukti nyata dan kepastian.
Rationalist foundationalism
Panca indera manusia bukan sesuatu yang mampu memberikan bukti nyata dan objektif. Hanya akal yang dapat menentukan kebenaran.
BACA JUGA:Hujan Besar Jalur Sindangwangi Rajagaluh Terendam
Authoritarianism
Jenis skeptis ini beranggapan bahwa hanya sejumlah orang yang mampu mengetahui secara pasti mengenai suatu pengetahuan dan informasi. Orang lain di luar kelompok dianggap tak memiliki kemampuan sama.
Sikap skeptis memang tak selamanya dapat memberikan keuntungan terhadap manusia. Konflik pun rawan terjadi jika tak segera mendapatkan jalan tengah yang tepat. Untuk menghindarinya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti berikut ini:
Manusia Tak Dapat Menyendiri
Cara menghindari sikap skeptis adalah dengan menyadari bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang akan terus berinteraksi. Selalu ingat pula bahwa manusia diciptakan tak sempurna dan tak mampu memahami seluruh aspek di dunia secara lengkap.
Menurunkan Ego
Cara yang kedua yakni dengan menurunkan ego. Dengan sedikit menurunkan ego, maka konflik pun juga dapat dihindari. Usahakan untuk tetap menjalin interaksi, diskusi, dan menghilangkan ego saat berhadapan dengan orang lain.
Perluas Jaringan Pertemanan
Cara yang terakhir adalah dengan memperluas jaringan pertemanan. Dengan ini, maka pikiran pun senantiasa terbuka dan siap untuk menerima pendapat dari orang lain.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan sikap skeptis secara positif, yaitu:
BACA JUGA:Selamatkan Pangan di Desa, Kang Emil Luncurkan Program Leuit Tapal Desa
Menjadi curiga
Jadilah orang yang terus curiga bahwa terdapat fakta lain di balik suatu fakta. Tantanglah fakta tersebut dengan mempertanyakan apa yang membuat seseorang berpikir sedemikian rupa? apa asumsi yang mendasari klaim tersebut? Adakah fakta lain atau penelitian yang menunjang atau membantah ide tersebut? dan sebagainya.
Penuh keraguan
Manusia rentan akan propaganda, indoktrinasi, dan daya tarik emosional. Tapi, cobalah kenali batasan klaim kebenaran kepada siapa pun dengan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti apa logika di balik argumen tersebut? dan sebagainya.
Posisi oposisi
Cobalah mengambil posisi yang belum tentu kita setujui hanya demi argumen pembanding. Tidak perlu posisi yang agresif. Cukup berperan sebagai oposisi dari suatu ide untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas.
Andalkan logika dan intuisi
Manusia bisa menjadi pemikir yang baik ketika menyebarkan keraguan dan kepercayaan secara lebih sadar lewat penggunaan logika dan intuisi daripada secara kebetulan.
Tidak memihak
Ketika memperoleh suatu informasi, tanyakan apa sisi lain dari informasi tersebut. (*/adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: