Bagaimana Perkembangan Psikologis Peserta Didik Pasca Covid-19?
TELAH disadari banyak pihak bagaimana kasus Covid-19 berdampak serius terhadap berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan.
Proses pendidikan mengalami transformasi dari offline menjadi online. Berbagai aktivitas pendidikan terhenti, pasif dan bahkan menimbulkan banyak keresahan di kalangan siswa, orang tua dan masyarakat.
Selama kasus Covid-19 berlangsung, pendidikan memang dapat berjalan melalui pembelajaran daring atau online, namun apakah kondisi ini efektif? Jawabannya adalah tidak.
Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran selama pandemi tidak efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Belajar di sekolah bersama dengan guru dan teman akan jauh lebih bermakna bila dibandingkan belajar dari rumah tanpa pengawasan langsung dari guru.
Kasus Covid-19 pada anak-anak memang tak sebanyak kasus yang terjadi pada orang dewasa. Namun bukan berarti fenomena ini tidak memberikan dampak terhadap perkembangan anak.
Dampak paling besar akibat Covid-19 adalah dampak terhadap perkembangan psikologis. Selain anak memiliki ketakutan pada virus, siswa juga harus kehilangan banyak momen bersama teman-teman nya yang mengakibatkan stres.
Salah satunya hasil penelitian Prawistari (2021) meneliti dampak pandemi Covid-19 terhadap psikologis anak sekolah dasar yang paling banyak dirasakan adalah stress, rasa bosan, ketidakstabilan emosi, kecanduan gadget hingga depresi.
Dampak psikologi pada anak juga dapat dirasakan dari faktor keluarga. “Ketika orang tua mengalami ganguan ekonomi akibat Covid-19 yang berakibat pada buruknya kondisi ekonomi keluarga, kesehatan mental anak juga akan memburuk,” ungkap Golberstein seorang peneliti kebijakan kesehatan dari Universitas Minnesota, Amerika Serikat.
Kondisi ini dapat memperburuk psikologis anak yang telah mengalami stres dan rasa bosan akibat kurangnya interaksi dengan teman sebaya yang pada akhirnya akan menimbulkan ketidakstabilan emosi yaitu mudah marah, kecanduan gadget dan depresi.
Namun saat ini, kondisi kesehatan dunia semakin membaik. Kasus covid 19 di indonesia sendiri sudah menurun, grafik penularan covid 19 terus melandai jika dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya dan aktivitas pendidikan pun sudah mulai kembali normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Namun bagaimana dengan kondisi siswa dalam menghadapi perubahan ini? Siswa yang sudah terbiasa diam di rumah, jarang berinterkasi dengan orang lain, saat ini dihadapakan pada kondisi awal untuk kembali bersekolah. Tentu saja terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam membangun kesiapan mental anak kembali pada kondisi awal sebelum adanya pandemi.
Setelah sekian lama anak berada di rumah, tentu tidak akan mudah untuk mengkondisikan kembali anak untuk menghadapi rutinitas bersekolah seperti bangun pagi, sarapan, selain itu juga harus dapat beradaptasi dengan kebiasaan baru yakni memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak.
Adanya rutinitas baru yang harus dilakukan setelah banyak berdiam diri di rumah akan berpengaruh secara psikologi pada anak. Adanya rasa nyaman karena lama tidak belajar secara fulltime berakibat pada rasa malas untuk belajar.
Selain itu, dampak lain yang dialami siswa akibat kasus Covid-19 adalah terjadinya developmental loss dan learning loss, yaitu kondisi dimana siswa mengalami kemunduran dalam proses perkembangan maupun proses belajar.
Siswa akan kehilangan sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasa dilakukan akibat lamanya terhenti proses belajar mengajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: