Ramadan dan Pendidikan Kita

Ramadan dan Pendidikan Kita

Ramadan adalah momen berharga untuk merefleksikan dinamika kehidupan bangsa ini, terutama aspek yang amat penting: pendidikan. Saat Ramadan tiba, banyak sekolah mulai dari tingkat Dasar hingga Menengah menyelenggarakan “Pesantren Ramadan”. Inilah saat yang tepat untuk mencerap spirit Ramadan kaitannya dengan pendidikan karakter.

Selama ini, pendidikan karakter masih kurang tergarap dengan baik. Banyak sekolah condong mengeksplorasi pengetahuan, sementara sisi pendidikan karakter masih terabaikan. Padahal, pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa ini. Masih maraknya “korupsi” dan sikap “intoleran” dalam kehidupan bangsa merupakan salah satu indikasi terabaikannya pendidikan karakter, terutama di sekolah dasar dan menengah.

Meskipun bukan satu-satunya aspek yang bisa disalahkan, tapi sektor pendidikan jelas ikut bertanggung jawab pada maraknya korupsi di Indonesia. Sedemikian maraknya sehingga korupsi telah sedemikian berurat berakar di Negeri ini. Meluasnya korupsi di Negeri ini, dari atas hingga bawah, mengindikasikan gagalnya pendidikan karakter di Sekolah. Padahal, usia kanak-kanak dan remaja di sekolah dasar dan menengah adalah masa “emas” untuk pembentukan karakter.

Kejujuran

Ramadan adalah saat yang tepat bagi dunia pendidikan untuk meneguhkan pembentukan karakter anak bangsa. Salah satu hikmah utama dari Puasa Ramadan adalah “kejujuran”. Saat berpuasa, seseorang pantang melakukan hal-hal yang membatalkan puasanya, antara lain makan dan minum, bahkan di saat sendiri tanpa diketahui siapa pun hingga waktu Magrib tiba. Bukankah ini mengajarkan kejujuran? “Berani jujur hebat!” Begitu bunyi jargon yang ada di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Korupsi yang telah lama merajalela di Negeri ini disebabkan absennya kejujuran pada masyarakat Indonesia. Pesantren Ramadan yang diselenggarakan di banyak sekolah di berbagai pelosok tanah air mustinya merupakan momen berharga untuk menginternalisasikan kejujuran yang semakin langka di Negeri ini dengan maraknya korupsi

Toleransi

Spirit lain Ramadan yang sangat penting ditanamkan di Sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter adalah sikap “toleran”. Sikap toleran secara sederhana bisa dimaknai sebagai kemampuan untuk merespons dan mengapresiasi keragaman dan perbedaan dengan baik dan bijak. Indonesia begitu majemuk, manusia begitu beragam. Sejauh tidak merusak, tidak merugikan orang lain, dan tidak bertindak kriminal, seseorang patut diberi ruang dan hak hidup. Sebagai sesama manusia, siapa pun punya hak dan kewajiban yang sama.

Seseorang yang bersikap toleran mampu melihat bahwa keragaman dan perbedaan jika dikelola dengan baik justru bisa menjadi keindahan, daya tarik, dan kekuatan.

Saat Ramadan, mayoritas penduduk Negeri ini yang beragama Islam menunaikan ibadah Puasa. Dalam kondisi seperti ini justru “toleransi” merupakan bagian penting dari pendidikan karakter. Yakni sikap toleran kepada mereka yang tak berpuasa, entah dari golongan non-muslim maupun umat Islam yang karena sebab-sebab tertentu terpaksa tidak berpuasa.

Di Negeri ini masih sering terjadi sekelompok orang yang merasa paling “suci” dan paling “benar” sendiri melakukan razia kepada orang-orang yang tak berpuasa dan warung makan yang masih buka selama Ramadan. Bahkan, razia kadang dilakukan dengan cara-cara kekerasan. “Islam” yang dimaknai sebagai “kedamaian” lalu tercoreng oleh ulah sekelompok orang yang melakukan kekerasan dan pemaksaan kehendak dengan mengatasnamakan Islam.

Di Negeri ini masih banyak orang yang merasa hebat dan heroik “membela” Agama dan Tuhan, tapi sejatinya hanya menyalurkan egosentrisme dan membela kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Orang-orang seperti ini tak mampu merespons keragaman dan perbedaan dengan baik dan bijak. Mereka mudah menghujat dan merasa paling benar sendiri. Bahkan, acapkali memaksakan kehendak dan melakukan kekerasan.

Saat Ramadan, nilai-nilai toleransi dan sikap toleran perlu ditanamkan kepada para murid di Sekolah. Ketika seseorang mampu merespons dan mengapresiasi keragaman dan perbedaan dengan baik dan bijak, maka hidupnya menjadi tenteram dan damai.

Nilai-nilai toleransi dan sikap toleran yang indah dan mengharukan di saat Ramadan justru sering terjadi saat beberapa komunitas masyarakat non-muslim menyediakan sajian buka puasa bagi umat Islam selama Ramadan. Tradisi ini sudah cukup lama dilakukan oleh beberapa komunitas masyarakat non-muslim di beberapa wilayah tanah air. Dari waktu ke waktu jumlahnya bukan makin berkurang, melainkan malah bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: