Sekdes Suparman, Prihatin Banyak Warga Abai Protokol Kesehatan

Sekdes Suparman, Prihatin Banyak Warga Abai Protokol Kesehatan

Suparman, warga Desa Kertawinangun Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka merupakan satu di antara ribuan orang yang terjangkit virus Corona. Ia merasakan betul berjuang pagar pulih dari Covid-19. Seperti apa kisahnya?

ONO CAHYONO,  Majalengka

SUPARMAN salah satu orang yang paling menyesalkan ketika melihat banyaknya warga yang masih mengabaikan protokol kesehatan Covid-19, karena ragu atau bahkan tidak percaya dengan virus Covid-19 yang mudah menularkan dari kontak erat atau dari barang ke orang.

Ia merasakan betul bagaimana sakit dan menderitanya selama belasan hari harus bernafas dibantu oksigen. Dirinya baru sadar bahwa kesehatan adalah harta berharga dan harus dijaga benar-benar.

\"Terutama di masa pandemi Covid-19 ini harus mematuhi anjuran kesehatan. Hindari apa yang harus dihindari. Ketika sudah terpapar tidak ada orang lain yang akan mendekat dan membantu melayani termasuk anggota keluarga sekalipun,\" tuturnya, kemarin.

Pria yang juga sekretaris desa (Sekdes) Kertawinangun Kecamatan Kertajati ini mengaku selama terkonfirmasi benar-benar harus melayani diri sendiri, dalam kondisi sakit parah bahkan mungkin sekarat. \"Karena orang-orang akan menjauh, takut ikut terpapar,” ungkap Suparman.

Ia terkonfirmasi positif yang diduga terpapar dari klaster hajatan di kampungnya, bersama puluhan aparat desa lainnya serta warga. Suparman yang terpapar sebelum bulan puasa lalu hampir 20 hari lebih menjalani karantina. Ia merasakan awalnya demam dengan suhu yang terus menerus tinggi, nyeri tenggorokan, sesak di bagian dada.

Kondisi ini dirasakannya selama tiga hari. Setelah itu tubuhnya semakin sakit dan lidahnya hilang rasa disertai batuk berdahak darah, hingga berlangsung sekitar seminggu. Bernafas pun harus dibantu oksigen. Tidak heran dalam sehari semalam dia menghabiskan dua tabung oksigen kecil.

“Beli oksigen setiap hari dua tabung untuk membantu pernafasan karena rasanya terjadi penyempitan di dada dan paru-paru, pengisian tabung oksigen pagi dan sore,” ungkapnya.

Suparman terpapar bersama istrinya. Hanya beruntung istrinya orang tanpa gejala (OTG) sehingga bisa membantu merawatnya di rumah. Sedangkan anaknya sementara diungsikan ke rumah neneknya.

Saking sakitnya dia pun kesulitan ketika harus pergi ke kamar mandi. Jangankan untuk ke kamar mandi, untuk makan pun terasa sulit karena dada benar-benar sesak. Sedikit bergerak dan membuka oksigen atau menerima asupan makanan batuk menjadi-jadi hingga sulit dihentikan.

Meski demikian dia terus berupaya bangkit atas support dan saran sepupunya yang  kebetulan menjadi tenaga kesehatan. Dia pula yang membelikan tabung oksigen dan setiap hari mengganti tabung serta menyarankannya untuk bangkit dari tempat tidur guna berjemur di saat pagi hari.

“Ketika itu saya disarankan untuk membersihkan badan setiap saat, mandi dengan air hangat agar bakteri tidak ada. Badan harus dalam kondisi bersih dan selalu berjemur untuk menjaga ketahanan tubuh,” tambahnya.

Dia menyarankan bagi penyitas Covid-19, untuk tetap menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi vitamin, makanan yang bergizi, buah-buahan yang cukup. Untuk OTG terus berolah raga atau berjemur bagi yang benar-benar sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: