Kesadaran Masyarakat pada Pendidikan Rendah
MAJALENGKA - Ketua Dewan Pembina STKIP Yasika Majalengka, Prof Dr H Cecep Sumarna MAg menyatakan, bila pola pikir masyarakat untuk bekerja dan tidak melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi, itu sama halnya memelihara pola pikir menjadi jongos di daerah sendiri.
Cecep mengingatkan, pola pikir atau mindset semacam itu adalah keliru. Namun, hal itu juga menjadi persoalan bersama, menjadi tugas berbagai kalangan untuk mengubah pola pikir orang tua yang salah kaprah tersebut. “Jangan sampai jadi jongos di wilayah sendiri. Penonton masih lebih bagus, karena masih mampu untuk beli tiket. Jongos hanya jadi pesuruh,” ujarnya.
Dikatakan Cecep, pemerintah daerah juga harus ikut andil, termasuk masyarakat dan kalangan lain. Hadirnya perguruan tinggi manapun, akan membantu meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
“SDM yang handal dan menguasai banyak ilmu, akan memajukan dan meningkatkan kualitas daerah Persaingan itu menyehatkan. Lebih banyak kampus berdiri, lebih banyak perguruan tinggi hadir di wilayah Majalengka itu sangat bagus. Musuh terbesar kita saat ini yakni industri dan dan mindset orang tua. Masih banyak orang tua yang punya pola pikir menyuruh anaknya bekerja, sedikit sekali yang kuliah,” ungkap Prof cecep usai acara halal bilhal di halaman kampus Yasika, di Jalan Raya Timur No. 64 Desa/Kecamatan Kasokandel, Senin ( 24/5).
Menurut Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, selama tiga tahun menjadi pembina kampus STKIP Yasika, ternyata kesadaran masyarakat Majalengka akan pendidikan sangat rendah. Keadaan itu berbeda dengan daerah sekitar di wilayah Cirebon, Indramayu dan Kuningan, yang minat masyarakatnya sangat besar.
Dikatakan Cecep, dunia pendidikan Majalengka harus segera dibenahi dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Intervensi Pemkab Majalengka dibutuhkan. Perubahan pola pikir ini harus berjamaah melibatkan banyak pihak.
“Karena tidak bisa dilakukan secara alami. Sebagai gambaran, universitas atau perguruan tinggi itu akan membuka wawasan dan pengetahuan orang. Nutrisi pendidikan akan membentuk SDM setiap orang, itulah yang akan menjadikan generasi penerus Majalengka berkualitas,” tandasnya.
Menurutnya, semakin banyak perguruan tinggi bermunculan di wilayah Kabupaten Majalengka, itu menandakan iklim dunia pendidikan yang semakin bagus.
Saat ini, tantangan terbesar pengelola perguruan tinggi di Majalengka adalah mendatangkan dan merekrut mahasiswa. Hal itu masih terasa berat, mengingat masih banyak cara pikir orang tua yang masih menyuruh anaknya untuk bekerja.
Senada, diungkapkan Ketua STKIP Yasika Arip Amin, SPd MPd. Menurut Arip, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan kesabaran, ketekunan dan keseriusan untuk mengubah masa depan menjadi lebih baik serta lebih mudah untuk menghadapi masalah.
Dikatakan, STKIP Yasika Majalengka mendorong para mahasiswa meningkatkan prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik seperti halnya seni, olahraga, menulis atau prestasi lainnya di lingkungan kampus sendiri maupun melalui lomba-lomba di berbagai lembaga dan pemerintahan.
“Bagi para mahasiswa yang berhasil meraih prestasi, STKIP Yasika memberikan penghargaan seperti dalam bentuk beasiswa, pemberian piagam, tropi dan penghargaan lainnya,” ujarnya.
Dibeberkan Arip, setiap perguruan tinggi memiliki 24 standar pendidikan yang harus dimiliki dan STKIP Yasika memiliki 3 tambahan standar pendidikan bermuatan kearifan lokal guna menjadi daya tarik yakni entrepreunership, junalistik dan jatidiri.
Disebutkan Arip, STKIP Yasika mulai berdiri pada 1 Agustus 2000 dan 3 tahun lalu Yasika diambil kelola dengan Ketua Yayasan Sindang Kasih Hj Lelin Farlina Dewi MPd dan Ketua Dewan Pembina STKIP Yasika Majalengka, Prof Dr H Cecep Sumarna MAg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: