Rumah Produksi Bambu Dorong Peningkatan Ekonomi
MAJALENGKA - Asri Mandiri Kotaku Majalengka melakukan kegiatan peletakan batu pertama rumah produksi dan galeri anyaman bambu di Desa Nanggerang Kecamatan Leuwimunding, Jumat (16/10) lalu. Peletakan batu pertama tersebut dilakukan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Rumkintan) Hj Roppedah SPd MM. Asisten Kota Mandiri Kotaku Kabupaten Majalengka Cecep Ferry Irawan menjelaskan, kegiatan infrastruktur di RT 002/001 Desa Nanggerang itu bersumber dari APBN melalui BPM Program Kotaku tahun anggaran 2020 sebesar Rp995 juta untuk pembangunan infrastruktur rumah produksi anyaman bambu. Kegiatan tersebut direncanakan menyerap tenaga kerja sebanyak 75 orang tenaga kerja, dengan jumlah Hari Orang kerja (HOK) sebanyak 3.505 HOK. Infrastruktur yang dibangun ini menurutnya bakal bermanfaat bagi 24 kepala keluarga yang terdiri dari 84 jiwa. “Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh berkelanjutan, perlu didukung kegiatan-kegiatan penghidupan masyarakat atau sustainable Livelihood. Intinya pengentasan kawasan kumuh harus didukung infrastruktur dan kegiatan yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Cecep. Sementara senior fasilitator Kotaku, Imam Pranajaya ST mengatakan rumah produksi anyaman bambu tersebut memiliki panjang bangunan 20 meter, lebar bangunan 8 meter, dengan struktur utama menggunakan WF 250 dan WF 200. Bangunan 2 lantai tersebut memiliki tinggi bangunan 8 meter. “Pembangunan dilaksanakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Yudalaksana,” kata Imam. Ketua KSM Yudalaksana Duriat didampingi koordinator LKM Eti Rohaeti menuturkan, selain anggaran RP995 juta pembangunan rumah produksi tersebut juga menyerap anggaran swadaya masyarakat sekitar Rp37 juta. Pembangunan seharusnya dilaksanakan sejak 1 Agustus 2020, namun baru peletakan batu pertama 16 Oktober lalu dan ditarget selesai 29 November 2020. Duriat menambahkan, sekitar tahun 80-an di Desa Naggerang hampir 90 persen masyarakat merupakan perajin anyaman bambu. Saat ini perajin anyaman bambu di Desa Nanggerang tersisa sekitar 65 persen atau sekitar 400 kepala keluarga. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan generasi milenial Nanggerang tidak tertarik melanjutkan usaha, meskipun saat ini ekspansi ke Desa Lame. “Rumah produksi anyaman bambu ini diharapkan bisa memancing generasi muda agar tertarik menggeluti usaha yang juga sudah menjadi tradisi. Khususnya tertark mengembangkan seni kreatif dari anyaman bambu ini,” tutur Duriat. Saat ini mayoritas masyarakat Nanggerang memproduksi bakul nasi, topi atau dudukuy, kipas, kukusan nasi, wadah untuk acara syukuran, dan beberapa produksi seni kreatif. Namun sampai saat ini belum ada produksi anyaman Nanggerang yang diekspor, tapiuntuk seni kreatif targetnya ekspor dengan catatan bandara di Kertajati sudah ramai. Perajin anyaman bambu Nanggerang berharap pernyataan para pejabat yang mengatakan masyarakat menggunakan produk organik dan meninggalkan bahan plastik, bukan sekadar imbauan. Sehingga produksi anyaman bambu Desa Nanggerang dan produsen-produsen lainnya bisa diterima pasar lokal maupun mancanegara. “Terkait penurunan jumlah produsen bukan karena pemasaran yang minim, tapi lebih ke minat generasi muda yang minim,” pungkas Duriat. (iim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: